IMPAACT4TB : Dukungan bagi Pengobatan Pencegahan Infeksi TBC Laten Jangka Pendek

2 May 2018

Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi melalui penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dikeluarkan oleh pasien TBC pada saat bicara, batuk, atau bersin. Pada saat bicara, batuk, atau bersin, pasien TBC menyebarkan ratusan hingga jutaan kuman ke udara melalui percik renik (percikan dahak/droplet nuclei). Pada saat bicara, percik renik diperkirakan mengandung 0-200 kuman, batuk 0-300 kuman, sedangkan bersin 4.500-1.000.000 kuman. Kuman tersebut dapat terhirup oleh orang di sekitarnya dan menetap di tubuh dalam kondisi dorman/laten. Kuman ini sewaktu-waktu dapat menjadi aktif, ketika kondisi kekebalan tubuh menurun. Sekitar 5-10% dari mereka yang terinfeksi TBC laten, dapat menjadi TBC aktif dalam masa hidupnya.

Infeksi TBC Laten (ITBL) dapat diobati. Pengobatan ini penting dilakukan untuk memutus mata rantai infeksi TBC. Merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 67 tahun 2016, pengobatan pencegahan ITBL adalah dengan pemberian Isoniazid (PP-INH) setiap hari selama 6 bulan, yang diberikan kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan anak umur di bawah lima tahun yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC.

Pemerintah Indonesia, melalui Sub-Direktorat TB dan HIV telah mendorong kabupaten/kota di semua provinsi untuk mengimplementasikan PP-INH. Namun, terdapat kesenjangan yang cukup besar pada cakupan pemberian PP-INH terhadap jumlah target ODHA dan kontak anak di bawah 5 tahun yang memenuhi kriteria atau eligible untuk mendapatkan PP-INH. Dari total 49.215 ODHA yang eligible mendapatkan PP-INH, hanya 7.681 atau 16% yang sudah menjalani pengobatan2. Sementara itu, dari estimasi 71.500 (65.200-77.900) jumlah kontak anak di bawah 5 tahun yang eligible, hanya 6.080 atau 8,5% yang sudah menjalani pengobatan PP-INH2. Rendahnya cakupan pemberian PP-INH disebabkan oleh jangka waktu pengobatan yang lama dan kekhawatiran dari orang tua anak ataupun ODHA terhadap toksisitas pengobatan tersebut.

Tahun 2018, WHO merekomendasikan pengobatan ITBL dengan panduan jangka pendek pada ODHA dan anak di bawah 5 tahun yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, yaitu pengobatan dengan panduan Isoniazid dan Rifapentine (3HP). Pengobatan jangka pendek ini dilakukan selama 12 minggu dengan durasi seminggu sekali. Selain durasi pengobatan yang lebih pendek dibandingkan PP-INH, pengobatan dengan panduan 3HP memiliki toksisitas yang lebih rendah dan efektivitas yang setara dengan PP-INH. Beberapa keuntungan ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam memulai dan menyelesaikan pengobatan ITBL di Indonesia.

Dalam mendukung implementasi pengobatan ITBL dengan panduan 3HP di Indonesia, Yayasan KNCV Indonesia bekerjasama dengan Sub Direktorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan melaksanakan proyek  IMPAACT4TB (Increasing Market and Public health outcomes through scaling up Affordable Access models of short Course preventive Therapy for TB). Proyek ini didanai oleh UNITAID dan dilaksanakan di bawah koordinasi The Aurum Institute. IMPAACT4TB dilaksanakan di 12 negara, salah satunya di Indonesia yang dikelola oleh Yayasan KNCV Indonesia. IMPAACT4TB bertujuan menurunkan angka kematian dan insidensi TBC melalui pemberian pengobatan pencegahan jangka pendek dengan regimen 3HP.

Di Indonesia, IMPAACT4TB akan mendemonstrasikan pemberian pengobatan pencegahan dengan regimen 3HP kepada kelompok risiko tinggi, yaitu ODHA dan kontak anak di bawah 5 tahun. Proyek ini dilaksanakan di beberapa kota/kabupaten di Indonesia selama periode 2019 – 2021. Demonstrasi ini akan memberikan pembelajaran bagi program TBC maupun HIV sebelum memperluas dan mengadopsi panduan 3HP sebagai pilihan pengobatan ITBL dalam panduan nasional.

Pengobatan Infeksi TBC laten sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia bebas TBC

Sumber:

  1. Latent tuberculosis infection: updated and consolidated guidelines for programmatic management. Geneva: World Health Organization; 2018
  2. Global tuberculosis report 2018. Geneva: World Health Organization; 2018
  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]