TAHU TB: PENTINGNYA TES TBC BERBASIS KOMUNITAS DI ERA PANDEMI COVID-19

18 February 2021

Pemodelan penanggulangan TBC di era pandemi yang dilakukan oleh STOP TB Partnership menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 dapat mengakibatkan lebih dari satu juta kematian TBC secara global. Penambahan ini dikarenakan penemuan kasus yang cenderung menurun serta terlambatnya proses diagnosis. Dikutip dari paper The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, disebutkan contoh di Afrika Selatan, yang merupakan negara dengan beban HIV dan TBC tinggi. Lockdown yang dilakukan pemerintah menyebabkan penurunan sebesar 59% dalam tes TBC harian rata-rata GeneXpert, dan penurunan 33% dalam jumlah diagnosis TBC.

COVID-19 menghambat akses layanan masyarakat untuk diagnosis TBC dan layanan pengobatan. Dari latar belakang situasi ini, Médecins Sans Frontières (MSF) bekerja sama dengan City of Cape Town meluncurkan Proyek “Tuberculosis Neighborhood Expanded Testing” (TB NET) di Khayelitsha untuk meningkatkan akses pada pengujian dan pengobatan TBC berbasis masyarakat. Inisiatif ini didasarkan pada penelitian yang mendokumentasikan hasil skrining TBC berbasis masyarakat yang terfokus pada rumah tangga yang merupakan kontak erat pasien. Target TB NET dipilih oleh fasilitas kesehatan berdasarkan alamat orang yang baru didiagnosis TBC dalam kurun waktu 3 bulan sebelumnya, serta aspek kepadatan populasi dan ukuran setiap lingkungan.

Secara teknis proses implementasi TB NET meliputi:

  1. Pendekatan Tokoh Masyarakat Setempat

Setelah lingkungan sasaran diidentifikasi, maka proses selanjutnya adalah melakukan pendekatan dengan para pemimpin masyarakat untuk dilibatkan dalam kampanye untuk edukasi. Kemudian dilanjutkan dengan lokakarya dengan tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan tentang gejala dan diagnosis TBC, termasuk cara mengeluarkan dahak.

  1. Kampanye TB NET

Dilakukan selama 3–4 hari. Pada hari pertama, para penggerak kesehatan MSF dan tokoh masyarakat mendatangi door to door wilayah binaan untuk mengedukasi masyarakat tentang gejala TBC dan cara mengeluarkan dahak. Kemudian stoples dahak dibagikan kepada masyarakat yang ingin melakukan uji. Pada 2–3 hari terakhir, tim ditempatkan di titik drop-off yang telah dipilih sebelumnya, di mana anggota masyarakat dapat meninggalkan sampel dahak mereka.

  1. Pengiriman sampel dahak

Sampel dahak yang telah diberikan akan dibawa ke laboratorium oleh tim MSF. Hasilnya dikirim ke fasilitas dan disimpan ke dalam sistem data rutin. Hasil negatif akan dikomunikasikan melalui SMS. Sementara mereka yang dites positif akan dipanggil, ditindaklanjuti, dan dihubungkan ke perawatan.

 

Dari hasil implementasi TB NET yang dilakukan di Khayelitsha, dari sekitar 1.600 wadah dahak yang dibagikan, 151 sampel dikembalikan dan dikirim ke laboratorium. Dari 151 sampel ini, 140 berhasil diuji, dan 12 (7,9%) dinyatakan positif, salah satunya resisten terhadap rifampisin. Sementara 12 (100%) orang yang dites positif untuk TBC berhasil dihubungkan dengan fasilitas layanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan dan memulai pengobatan.

Dari implementasi ini ada beberapa poin yang dapat menjadi pembelajaran penting, diantaranya adalah pelibatan masyarakat secara aktif untuk proses penemuan kasus dan edukasi tentang gejala TBC, penyediaan pot dahak yang memungkinkan orang untuk membuang sampel dahak di tempat komunitas dapat mengurangi interaksi fisik serta wujud penerapan protokol kesehatan, fokus pada lingkungan masyarakat berisiko tinggi, pelibatan dengan pemimpin komunitas, memanfaatkan tim promosi kesehatan, dan memungkinkan individu untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri. Meski demikian dalam penerapannya juga ada beberapa tantangan yang muncul, diantaranya penolakan beberapa masyarakat untuk edukasi tentang TBC karena stigma seputar penyakit tersebut.

Epidemi COVID-19 berdampak buruk pada layanan TBC, dengan perkiraan lebih dari 6,5 juta orang mengembangkan penyakit TBC aktif pada tahun 2025. Di tengah pandemi COVID-19, daerah dengan beban TBC yang tinggi, dirasa perlu menerapkan model skrining berbasis komunitas. Meskipun COVID-19 menganggu dalam upaya pemberantasan TBC, namun upaya testing berbasis komunitas ini mampu menjadi jawaban untuk meningkatkan temuan kasus, di sisi lain, upaya ini menjadi bentuk keterlibatan semua pihak dalam bersama-sama mencapai eliminasi TBC.

 

Sumber:
The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. 2021. Community-based TB testing as an essential part of TB recovery plans in the COVID-19 era. Article submitted 6 February 2021. Final version accepted 10 February 2021. Accessed https://theunion.org/sites/default/files/2021-02/IJTLD%200077%20Letter%20Furin%20FINAL.pdf

 

Editor: Melya, Rerin Alfredo
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 5 January 2023

    Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh strain kompleks Mycobacterium [...]

  • 12 December 2022

    Urogenital merupakan gabungan dari sistem kemih (urinaria) dan sistem reproduksi (genitalia). Keduanya dikelompokkan bersama [...]

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]