HARI MALARIA SEDUNIA: BAGAIMANA MENCEGAH DAN MENGOBATI MALARIA?

25 April 2021

Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Meski demikian sama halnya TBC, Malaria juga dapat dicegah dan disembuhkan. Pada tahun 2019, diperkirakan ada 229 juta kasus Malaria di seluruh dunia. Perkiraan jumlah kematian akibat Malaria mencapai 409.000 pada 2019. Anak usia di bawah 5 tahun merupakan kelompok yang paling rentan terkena malaria, dan pada 2019, mereka menyumbang 67% (274.000) dari semua kematian akibat malaria di seluruh dunia.

Bagaimana faktor risiko dan penularan Malaria?

Resiko penularan penyakit Malaria secara umum terdiri dari 3 faktor utama yaitu faktor pengetahuan individu/masyarakat,  faktor lingkungan dan faktor kualitas pelayanan kesehatan. Pengetahuan individu/masyarakat dapat berupa pengetahuan umum tentang penyakit Malaria, persepsi masyarakat, penggunaan kelambu secara masal, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan kawat kassa, penutup tubuh, kebersihan tempat tinggal, aktivitas ke luar rumah malam dan bekerja dikebun/sawah dan menginap disana serta status sosial ekonomi.

Faktor lingkungan dapat berupa kondisi iklim yang dapat mempengaruhi jumlah dan kelangsungan hidup nyamuk, seperti curah hujan, suhu, kelembaban dan kebersihan lingkungan serta tempat perindukan nyamuk berupa genangan air payau (kolam, tambak), sawah, irigasi, rawa dan sebagainya. Di banyak tempat, penularannya bersifat musiman, dengan puncaknya selama dan tepat setelah musim hujan. Epidemi malaria dapat terjadi ketika iklim dan kondisi lain secara tiba-tiba mendukung penularan di daerah yang penduduknya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kekebalan terhadap Malaria. Malaria juga bisa terjadi ketika orang dengan kekebalan tubuh rendah dan pindah ke daerah dengan penularan Malaria yang cukup tinggi. Kekebalan tubuh merupakan faktor penting lainnya, terutama bagi orang dewasa di daerah dengan kondisi penularan sedang atau intens.

Faktor pelayanan Kesehatan berupa kualitas layanan, pengetahuan petugas kesehatan dan kertersediaan sarana penunjang diagnosis dan obat-obat anti Malaria.

 

Bagaimana pencegahan Malaria?

Dari ketiga faktor resiko penularan di atas dapat diketahui cara pencegahannya berupa peningkatan pengetahuan individu/masyarakat melalui kegiatan penyuluhan tentang cara-cara pencegahan gigitan nyamuk malaria, mengeringkan atau membersihakan tempat perindukan nyamuk,  peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan serta menyediakan sarana/prasana yang memadai untuk meningkatkan kualitas layanan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pencegahan penularan penyakit Malaria berupa kewaspadaan terhadap resiko malaria terdiri dari mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.

Pengendalian vektor merupakan cara utama untuk mencegah dan mengurangi penularan penyakit Malaria. WHO merekomendasikan pengendalian vektor malaria yang efektif, yaitu dengan kelambu berinsektisida dan sisa penyemprotan dalam ruangan.

 

Bagaimana diagnosis dan pengobatan Malaria?

Manaifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari gejala ringan sampai membahayakan jiwa. Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan demam harus dilakukan. Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).

Diagnosis dan pengobatan Malaria menjadi rantai penting dalam upaya pengendalian penyakit Malaria. Pemberian Obat Anti Malaria dapat dilakukan bila telah terkonfirmasi secara Laboratorium.  Pemberian pengobatan harus sesuai kebijakan nasional pengendalian Malaria di Indonesia.

Pengobatan dapat mengurangi beban masyarakat dan mencegah kematian. Upaya ini juga berkontribusi untuk mengurangi penularan Malaria di masyarakat. Dilansir dalam who.org, pengobatan untuk Malaria P. falciparum adalah dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT).

WHO merekomendasikan agar semua kasus suspek Malaria dipastikan menjalani tes diagnostik berbasis parasit (baik mikroskop atau tes diagnostik cepat) sebelum memberikan pengobatan. Dan pengobatan diberikan hanya berdasarkan gejala sebaiknya hanya dipertimbangkan jika diagnosis parasitologis tidak memungkinkan.

Sama halnya dengan tuberkulosis, Malaria juga dapat dicegah dan diobati hingga sembuh. Dan upaya zero malaria penting dilakukan dengan menggandeng semua pihak untuk tetap memiliki komitmen yang sama menuju eliminasi malaria 2030 mendatang.

 

Sumber:

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria
https://yki4tbc.org/news-default/278-hari-malaria-sedunia-komitmen-zero-malaria-di-tengah-pandemi-covid-19.html
Permenkes RI nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Laksana Malaria

 

Editor: Melya, Wera Damianus
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]

  • 9 November 2022

    Definisi dan Gambaran Umum TBC Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang dapat menular [...]