INFO COVID : Memahami Proses Transmisi COVID-19 dan Upaya Pencegahan

21 July 2020

Penularan COVID-19 terjadi melalui percikan air liur atau droplet yang keluar saat seseorang yang telah terinfeksi SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) batuk, bersin, atau berbicara.  Kontak langsung ataupun tidak langsung (dari barang yang terkontaminasi droplet) dan kontak erat merupakan kemungkinan terjadinya transmisi SARS-CoV-2 dari penderita kepada orang lain. Hal inilah yang kemudian mendasari salah satu protokol pencegahan dengan menjaga jarak aman minimal 1 meter, menggunakan masker, serta mencuci tangan dengan sabun. Dalam pemberitaan di sejumlah media saat ini, muncul statemen bahwa transmisi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 juga terjadi melalui udara (airbone). Hal ini berdasarkan surat terbuka yang disampaikan oleh 239 ilmuwan dari 30 negara yang dalam pernyataannya memiliki bukti kuat penyebaran COVID-19 melalui udara. Dalam tanggapannya, WHO menyatakan dibutuhkan kajian lanjut dan bukti yang lebih luas untuk mendukung pernyataan tersebut.

Kita perlu memahami bagaimana proses transmisi virus COVID-19, agar upaya pengendalian dan pencegahan dapat dilakukan. Dengan memahami cara, waktu dan jenis tempat seperti apa potensi penyebaran COVID-19 terjadi, maka langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi untuk memutus rantai transmisi dapat diterapkan secara tepat. Dalam dokumen pernyataan keilmuan yang dipublikasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) tanggal 9 Juli 2020, ada sejumlah potensi moda transmisi virus COVID-19, diantaranya adalah transmisi kontak, droplet (percikan), melalui udara (airborne), fomit, fekal-oral, melalui darah, ibu ke anak, dan binatang ke manusia. Berikut penjelasan masing-masing moda transmisi tersebut.

Transmisi kontak dan droplet

Transmisi virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui air liur dan droplet saluran napas yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami gejala-gejala pernapasan (seperti batuk atau bersin) atau yang sedang berbicara. Sementara transmisi kontak tidak langsung terjadi saat kontak antara seseorang yang rentan dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi (transmisi fomit).

Transmisi melalui udara

Transmisi melalui udara dimaksudkan sebagai penyebaran infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Transmisi virus COVID-19 melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Untuk membuktikan transmisi virus COVID-19 melalui udara, WHO bersama dengan sejumlah ilmuwan tengah mendiskusikan dan mengevaluasi hal tersebut.

Transmisi fomit

Transmisi ini merupakan sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh seseorang yang terinfeksi dan mengontaminasi permukaan suatu benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). SARS-CoV-2 yang hidup dan terdeteksi melalui RT-PCR dapat ditemui di permukaan-permukaan tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung kondisi suhu dan kelembaban pada suatu lingkungan serta jenis permukaan. Oleh sebab itu penggunaan disinfektan untuk benda mati juga kerap disarankan untuk mengurangi risiko paparan virus corona. Meskipun terdapat sejumlah bukti terkait kontaminasi virus corona pada permukaan, namun belum ada laporan spesifik yang secara langsung mendemonstrasikan penularan fomit. Orang yang berkontak dengan permukaan yang mungkin infeksius sering kali juga berkontak erat dengan orang yang infeksius, sehingga transmisi droplet saluran napas dan transmisi fomit sulit dibedakan.

Transmisi Lainnya

Dalam sejumlah penelitian, dibuktikan adanya molekul SARS-CoV-2 yang dideteksi pada beberapa sampel biologis, termasuk urine dan feses beberapa pasien. Dalam dokumen ini pula WHO menyebutkan, sebuah penelitian menemukan SARS-CoV-2 hidup di urine seorang pasien, dimana tiga penelitian mengulturkan SARS-CoV-2 dari spesimen feses. Meski demikian belum ada laporan yang diterbitkan terkait transmisi SARS-CoV-2 melalui feses atau urine. Selain itu juga molekul SARS-CoV-2 di dalam plasma atau serum darah juga menjadi transmisi COVID-19 dimana virus ini dapat bereplikasi di sel darah. Namun, peran transmisi melalui darah masih belum dipastikan karena rendahnya konsentrasi virus di plasma dan serum. Hingga saat ini belum ada bukti terjadinya transmisi virus SARS-CoV-2 dari ibu hamil yang terinfeksi kepada janinnya, serta juga ibu ke anak saat proses menyusui.

 

Dengan mengatahui bagaimana proses transmisi COVID-19 akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mengantisipasi dan melakukan upaya pencegahan. Untuk mencegah transmisi COVID-19, ada sejumlah rekomendasi dari WHO yang dapat dilakukan, diantaranya adalah:

  • Mengidentifikasi kasus suspek sesegera mungkin, melakukan tes, dan mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas yang disediakan
  • Mengidentifikasi dan mengarantina semua kontak erat yang terinfeksi dan melakukan tes terhadap orang-orang yang menunjukkan gejala sehingga dapat diisolasi jika terinfeksi dan membutuhkan perawatan
  • Bagi masyarakat tetap menggunakan masker kain dalam situasi-situasi tertentu, misalnya di ruang publik di mana transmisi komunitas terjadi serta saat berada di ruang tertutup yang terlalu padat untuk melindungi orang lain dan langkah-langkah pencegahan lain seperti menjaga jarak fisik
  • Menjalankan kewaspadaan kontak dan droplet untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien suspek dan terkonfirmasi COVID-19, serta menjalankan kewaspadaan airborne jika prosedur yang menghasilkan aerosol dijalankan.
  • Tetap menggunakan masker bagi tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan
  • Rajin membersihkan tangan, menjaga jarak fisik, dan menerapkann etiket batuk dan bersin, serta sebisa mungkin menghindari tempat-tempat yang ramai, kontak erat, dan tertutup, tempat-tempat dengan ventilasi yang buruk

 

Sumber:
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/transmisi-sars-cov-2—implikasi-untuk-terhadap-kewaspadaan-pencegahan-infeksi—pernyataan-keilmuan.pdf?sfvrsn=1534d7df_4

Editor: Melya Findi dan Melinda Soemarno
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]

  • 9 November 2022

    Definisi dan Gambaran Umum TBC Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang dapat menular [...]