INFOCOVID: APA 3 FAKTOR KONDISI YANG MEMBUAT COVID-19 MENYEBAR DENGAN LEBIH CEPAT?

25 August 2020

Masker menjadi salah satu kunci dalam upaya penanggulangan COVID-19. Bahkan Presiden Joko Widodo baru-baru ini juga menyampaikan tentang pentingnya disiplin protokol kesehatan utamanya mengenai penggunaan masker. Dilansir dari forbes.com ada tiga studi ilmiah yang menunjukkan bahwa virus Corona dapat menyebar lebih cepat dari yang selama ini kita ketahui. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah negara meneliti  tiga faktor atau kondisi yang berbeda terhadap proses transmisi, diantaranya meneliti mengenai kelembapan udara yang rendah, toilet umum dan kondisi partikel debu di udara.

Kelembaban Udara yang Rendah

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Transboundary and Emerging Diseases mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh the Greater Sydney, Australia mengenai hubungan antara kelembapan yang rendah dengan sebaran virus Corona di masyarakat. Penelitian ini menambah bukti bahwa kelembapan yang rendah merupakan faktor kunci dalam penyebaran virus Corona. Para ilmuwan memperkirakan bahwa dengan penurunan kelembaban relatif sebesar 1%, kasus COVID-19 justru meningkat 7 hingga 8%.

Dr. Michael Ward dari the Sydney School of Veterinary Science yang memimpin penelitian ini menyatakan bahwa kondisi udara yang kering mendukung terjadinya penyebaran virus.  Ia menyatakan bahwa saat kelembapan lebih rendah, udara akan menjadi lebih kering dan membuat aerosol menjadi lebih kecil. Sehingga saat kita bersin dan batuk, aerosol infeksius yang lebih kecil ini dapat bertahan lebih lama di udara, sehingga potensi untuk memaparkan pada orang lain di sekitar akan lebih besar. Sementara saat udara lembab, aerosol akan menjadi lebih besar dan berat, sehingga partikel ini akan mudah jatuh ke permukaan.  Hal ini pula yang menjadi rekomendasi beberapa penelitian mengenai pentingnya penggunaan masker.

 

Toilet Umum

Penelitian berikutnya dilakukan oleh peneliti dari Universitas Yangzhou, China. Berdasarkan hasil penelitian ini disebutkan bahwa ketika menyiram toilet umum (flush) maka dapat melepaskan partikel aerosol yang mengandung virus dan mudah terhirup. Dari hasil simulasi dan pelacakan pergerakan partikel saat proses menyiram toilet dan pembilasan, ditemukan bahwa proses pembilasan melibatkan interaksi antara gas dan cairan, dan menghasilkan penyebaran partikel aerosol yang besar.

Temuan lain mengungkapkan bahwa lintasan partikel yang dikeluarkan dari pembilasan menunjukkan bahwa lebih dari 57% partikel bergerak menjauh saat proses pembilasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembilasan mendorong penyebaran bakteri dan virus. Sehingga memakai masker juga harus menjadi kewajiban saat berada di dalam toilet umum selama pandemi, dan perbaikan anti-difusi sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

 

Debu di Udara

Penelitian ketiga adalah dari University of California, Davis dan Icahn School of Medicine di Mt. Sinai. Dalam studi ini dilaporkan bahwa virus influenza dapat menyebar di udara melalui debu, serat dan partikel mikroskopis lainnya. Hingga saat ini, para ilmuwan berasumsi penularan melalui udara terjadi karena droplet melalui batuk, bersin atau berbicara. Dengan menggunakan pengukur partikel otomatis pada hewan coba di laboratorium untuk menghitung partikel di udara, ditemukan bahwa partikel yang dikeluarkan melalui pernapasan oleh hewan saat berada pada kecepatan yang konstan cenderung lebih rendah. Marmot yang telah terpapar dan kebal dengan virus influenza pun dapat menularkan virus melalui udara ke marmot lain yang rentan. Hal ini menunjukkan bahwa virus tidak harus kontak langsung dengan saluran pernapasan untuk dapat menularkan.

Dari ketiga faktor kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan masker menjadi langkah penting dalam konteks transmisi COVID-19. Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan termasuk COVID-19. Masker yang digunakan dengan baik dapat melindungi orang yang sehat dari paparan infeksi atau untuk mengendalikan sumber untuk mencegah penularan lebih lanjut. Tentunya upaya ini tetap harus didukung dengan jaga jarak, menjaga kebersihan diri dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

 

Sumber: https://www.forbes.com/sites/bryanrobinson/2020/08/20/3-new-scientific-studies-say-mask-up-covid-19-can-spread-in-surprising-ways-we-didnt-realize/amp/

Editor: Melya Findi dan Melinda Soemarno
Gambar: Amadeus Rembrant

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]

  • 9 November 2022

    Definisi dan Gambaran Umum TBC Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang dapat menular [...]