Risiko Penyakit TBC pada Perokok

6 June 2022

Dunia memperingati tanggal 31 Mei sebagai peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Tembakau adalah penyebab nomor satu kematian yang dapat dicegah. Indonesia adalah salah satu dari lima besar produsen dan konsumen produk tembakau di dunia. Pada tahun 2019, World Health Organization melaporkan terdapat angka prevalensi sebesar 33% orang dewasa Indonesia yang merokok setiap harinya dan diproyeksikan angka konsumsi tembakau ini akan terus meningkat hingga tahun 2025.1,2 sendiri telah ditetapkan sebagai epidemi global dan merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang telah membunuh banyak orang.

Nikotin yang terkandung dalam tembakau mudah diserap ke dalam pembuluh darah melalui paru-paru. Melalui jalan masuk tersebut, nikotin dapat disebarkan dengan cepat ke seluruh tubuh dan mencapai otak dan sistem saraf pusat. Nikotin bekerja di sistem saraf pusat dengan menstimulasi pelepasan dopamin–yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan, pelepasan hormon kebahagiaan ini lah yang kemudian menyebabkan kita untuk merasa ‘bahagia’ dan ingin terus merokok.

Tentunya merokok memiliki efek ke banyak sistem organ lainnya, namun paru-paru adalah organ yang mengalami kerusakan paling banyak. Merokok berdampak terhadap paru-paru dan sistem kekebalan tubuhnya, hal ini membuat perokok lebih rentan terhadap infeksi tuberkulosis (TBC). Zat kimia yang terkandung di dalam rokok menyebabkan perubahan respon kekebalan tubuh kita dan kerusakan pada jenis-jenis sel darah putih seperti makrofag, monosit, dan limfosit CD4. Selain dampak buruknya terhadap sel kekebalan tubuh kita, dampak buruk mekanik juga terjadi pada fungsi sel-sel rambut halus yang berperan sebagai lapisan pelindung jaringan paru-paru.4

Bagaimana kuman TBC menginfeksi dan berhasil menimbulkan penyakit TBC pada individu erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang tersebut. Kebiasan merokok adalah salah satu faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi bagaimana sistem kekebalan tubuh kita berespon terhadap suatu infeksi. Dengan menerapkan gaya hidup sehat lainnya seperti rajin berolahraga, makan makanan bergizi seimbang, dan menghindari kebiasan merokok; kita dapat menurunkan resiko agar tidak tertular penyakit TBC.

Referensi:

  1. WHO report on the global tobacco epidemic 2021: addressing new and emerging products. Geneva: World Health Organization; 2021. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
  2. Raise Tobacco Taxes and Prices for a Healthy and Prosperous Indonesia. Jakarta, Indonesia: World Health Organization, Regional Office for South-East Asia; 2020. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
  3. The macroeconomic impacts of the tobacco taxation in Indonesia. Jakarta, Indonesia: Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives; 2021.
  4. Association between tuberculosis and smoking. Zahedan, Southeastern Iran: International Journal of High Risk Behaviors and Addiction; 2012. doi: 5812/ijhrba.5215
  • 12 December 2022

    Urogenital merupakan gabungan dari sistem kemih (urinaria) dan sistem reproduksi (genitalia). Keduanya dikelompokkan bersama [...]

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]