Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, Melalui tulisan ini, perkenankan saya untuk menguatkan teman-teman melalui kisah 6 bulan perjalanan saya melawan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) menggunakan pengobatan BPaL. Penasaran bagaimana perjuangan saya? Baca sampai selesai ya!
Saya pertama kali didiagnosis TBC di bulan Februari 2021. Kala itu, dokter di salah satu klinik swasta di Jakarta memberi saya obat Rifastar yang harus diminum sebanyak 3 tablet sehari selama 6 bulan. Pengobatan TBC yang pertama ini cukup membatasi kegiatan saya dalam bekerja, terutama karena batuk yang tak kunjung reda serta sulitnya untuk bernafas. Saya rajin untuk minum obat setiap hari, sampai akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan pengobatan pada bulan ke-5 pengobatan (awal Juli 2021). Saya berhenti minum obat karena gejala sudah hilang dan saya merasa sudah kembali sehat. Namun ternyata, ini keputusan yang sangat salah.
TBC Saya Kambuh
Setahun berselang, tepatnya di Juli 2022, saya merasakan kembali gejala TBC. Mulai dari batuk berdahak hingga meriang, bahkan saya juga mengalami batuk darah. Tanpa berpikir panjang, saya langsung pergi ke salah satu rumah sakit (RS) untuk memeriksakan kondisi saya. Hasilnya, saya didiagnosis TBC (lagi). Dokter saat itu tidak menjelaskan secara lengkap tentang sakit yang saya alami. Hanya disampaikan bahwa TBC saya kembali kambuh sehingga tidak dapat diobati dengan obat TBC yang dahulu. Lalu, saya dirujuk ke RSUP Persahabatan, karena obatnya tidak tersedia di RS tersebut.
Saya merasakan ada yang berbeda dari sakit TBC saya kali ini dibandingkan dengan yang pertama. Kali ini saya menjadi lebih sering batuk darah. Karena batuk darah ini pula yang membuat saya harus dirawat inap selama seminggu di RSUP Persahabatan. Setelah pulang dari rawat inap, saya dijadwalkan untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian untuk melakukan pemeriksaan dahak ulang. Saat hasil keluar, disampaikan bahwa saya didiagnosis TBC pre-XDR (salah satu jenis TBC RO). Awalnya saya begitu khawatir dan sempat merasa takut memulai pengobatan. Dari yang saya dengar, bukan hanya jangka waktu pengobatannya saja yang lama hingga berbulan-bulan tapi juga karena efek sampingnya yang tidak biasa. Ada beberapa pasien yang saya temui menceritakan bahwa mereka mengalami mual, lemas, muntah, dan kulit menghitam.
Namun Alhamdulillah, kekhawatiran itu seketika hilang saat dokter menyampaikan bahwa saya akan mendapat obat yang baru yang efek sampingnya lebih ringan. Waktu pengobatannya juga lebih pendek, hanya selama 6-9 bulan, lebih cepat dari pengobatan TBC RO saat ini. Nama paduan obat barunya adalah BPaL. Sempat terlintas juga di pikiran saya, seringan apakah efek samping obatnnya?
Badan Lebih Segar setelah 2 Minggu Minum BPaL
Setelah 2 minggu minum BPaL, batuk saya mulai berkurang dan badan terasa lebih segar untuk beraktivitas. Napas juga sudah tidak sesak. Meski begitu, saya sempat merasakan perut kembung dan mual, tapi tidak sampai muntah. Efek ini sangat terasa di minggu pertama, dan mulai mereda setelah sebulan pengobatan. Saat kontrol ke RS saya menyampaikan keluhan saya kepada dokter. Saya lalu diberi resep obat pereda mual dan ini membantu meredakan keluhan saya.
Selain perut kembung dan mual yang saya rasakan di awal pengobatan, saya juga mulai merasakan kebas dan nyeri di kedua kaki pada bulan ke-5 pengobatan (sekitar bulan Desember 2022). Nyeri yang saya rasakan seperti sensasi ditusuk dan cukup mengganggu sampai membuat saya sulit tidur. Saya merasakan keluhan ini selama 2 minggu. Saya kembali menceritakan keluhan saya ini ke dokter, dan saya diberi obat untuk sistem persarafan yang dapat meringankan rasa kebas dan nyeri.
Respon Positif dari Orang Terdekat Terkait Pengobatan BPaL
Keluarga, tetangga dan rekan kerja mengetahui jika saya terdiagnosis sakit TBC RO. Semua orang sangat mendukung, terutama keluarga saya. Kakak perempuan saya selalu menemani saya di setiap jadwal kontrol dan mengambil obat. Diskriminasi dari tetangga juga tidak saya alami. Tempat kerja saya bahkan mendukung penuh dan memberikan saya fasilitas reimburse biaya pengobatan TBC di saat-saat awal saya berobat.
Selain orang-orang terdekat, teman-teman komunitas juga berperan penting dalam perjalanan pengobatan BPaL saya. Teman-teman komunitas selalu mendampingi saya setiap kali mengambil obat, menguatkan saya dan mengingatkan saya untuk minum obat.
Sembuh dengan BPaL
Setelah 6 bulan pengobatan menggunakan BPaL, tepatnya pada 12 Januari 2023 lalu, saya dinyatakan sembuh. Walaupun diawal saya sempat khawatir akan efek sampingnya, tetapi ternyata efek samping yang muncul tidak begitu berat dan masih bisa diatasi. Selain itu, keinginan untuk kembali beraktivitas tanpa terganggu memotivasi saya untuk cepat sembuh.
Pesan saya untuk rekan-rekan yang sedang menjalani pengobatan TBC dan TBC RO, jangan patah semangat, tetap konsisten minum obat dan makan makanan bergizi seimbang. Dari pengalaman saya mendapatkan BPaL, efek samping yang dialami bisa diatasi dan saya bisa sembuh dalam jangka waktu hanya 6 bulan.
Ayo! ikut berkontribusi dengan menandatangani petisi untuk mendukung perjuangan Pak Aryudiht dan seluruh pasien TBC RO yang ada di seluruh dunia!
Tandatangani petisi sekarang juga! Linktr.ee/6bulanmaksimal