SOBAT TB: JARINGAN INDONESIA POSITIF TURUT MENDUKUNG LAYANAN TBC HIV DI KOMUNITAS
26 December 2020
TBC merupakan penyakit yang sangat rentan bagi mereka yang punya daya tahan tubuh lemah, seperti orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal ini dikarenakan mereka memiliki daya tahan tubuh yang rentan untuk terpapar kuman penyakit. Sehingga dalam penanggulangan TBC, ODHA juga perlu untuk melakukan pemeriksaan dahak untuk deteksi dini TBC sehingga mendapatkan penanganan yang lebih cepat.
Jaringan Indonesia Positif merupakan jaringan orang dengan HIV di Indonesia yang diawali oleh inisiatif 21 perwakilan provinsi dari Kelompok Dukungan Sebaya bagi ODHA untuk membentuk jaringan ODHA pada tahun 2014.
Firman Shaleh, Institutional Liaison Jaringan Indonesia Positif mengatakan bahwa isu TBC bagi teman-teman ODHA sangatlah penting. Sehingga ia menilai upaya edukasi mengenai TBC HIV bagi komunitas dan masyarakat diperlukan sebagai salah satu upaya pencegahan penularan TBC. Bersama dengan rekan-rekan konstituen JIP Yogyakarta, JIP telah banyak melakukan upaya agar masyarakat semakin paham akan pentingnya pemahaman mengenai koinfeksi TBC dengan HIV.
“Saat ini JIP juga turut dilibatkan dalam kolaborasi pengembangan restra bersama POP TB Indonesia serta bergabung dalam penyusunan Rancangan Aksi Nasional TBC HIV,” ujar Firman.
Di konstituen JIP di Yogyakarta sendiri ada banyak hal yang selama ini sudah dilakukan diantaranya melakukan advokasi bagi pasien HIV dengan TB MDR yang ditelantarkan dan ditolak oleh warga dan keluarga, melakukan kolaborasi dengan Aisyiyah Kabupaten/Kota Yogyakarta untuk pendampingan pasien TBC HIV dengan melibatkan pendukung sebaya untuk menjadi kader TBC.
“Kami juga dilibatkan dalam penyusunan Perda TBC HIV tingkat Kota Yogyakarta, selain itu juga mendukung pendampingan pasien TBC HIV di Shelter ODHA di Kebaya, Yogyakarta,” terang Firman dalam paparannya.
Menurut Firman, sapapun yang memiliki status sebagai orang dengan HIV AIDS memiliki kerentanan yang berbeda dengan orang yang tidak, sehingga sistem kekebalan tubuhnya cenderung lebih lemah dan membuatnya rentan terpapar penyakit, salah satunya tuberkulosis. Baginya TBC dan HIV memiliki hubungan yang spesial berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk melawan infeksi. Inilah yang membuat orang dengan HIV AIDS perlu memahami bagaimana melakukan upaya pencegahan TBC.
Dalam penuturannya, Firman menceritakan mengenai manfaat yang dirasakan oleh teman-teman komunitas sehubungan dengan pendampingan edukasi TBC HIV oleh pendamping sebaya. Kini teman-teman ODHIV juga turut melakukan pemeriksaan TCM untuk mengetahui status TBC sehingga mempermudah klinisi untuk mengambil tindakan medis baik pencegahan melalui PP INH, TPT ataupun pemberian OAT secara dini bagi yang terdiagnosa TBC.
Selain itu juga pendampingan edukasi TBC HIV memberikan manfaat terhadap kepatuhan meminum obat ARV, PP INH, TPT sebagai pencegahan untuk tidak terkena TBC ataupun yang sudah terdiagnosa TBC untuk terapi OAT-nya dengan memberikan informasi secara kompherensif mengapa obat harus diminum secara teratur, resistensi obat dan memberikan pengertian apa itu TB MDR terutama pada orang dengan HIV AIDS. Upaya-uoaya ini tentunya dilakukan JIP dengan kerja kolaboratif bersama dengan layanan PDP dan poli TBC dan komunitas diberikan kepercayaan untuk mendampingi pasien TB-HIV di layanan sebagai PMO dan ikut berpartisipasi dalam penyusunan program bersama dengan komunitas TBC serta layanan kesehatan.
Dalam proses penyusunan Rancangan Aksi Nasional sehubungan dengan upaya penanggulangan TB HIV kedepan, JIP berharap keterlibatan komunitas dalam setiap aspek perlu ditingkatkan seperti dalam memulai perencanaan sampai evaluasi dalam program TBC HIV. Selain itu juga mengupayakan agar skrining TBC juga dilakukan bersamaan dengan skrining HIV yang sudah berjalan di komunitas melalui dokling /petugas kesehatan. Dan melakukan studi penelitian pada penyintas TBC HIV terkait pengobatan TBC dan HIV.
Teks : Melya Findi
Editor: Erman Varella
Gambar : Amadeus Rembrandt
Dokumentasi: Jaringan Indonesia Positif