Krisis Tanpa Obat: Mengungkap Ancaman Resistansi Antimikroba

31 October 2024

 

Apakah Sobat TB tahu? Di tengah kemajuan pesat dunia medis, ancaman baru muncul dari tempat yang tak terduga: yang dulu ampuh kini berangsur hilang kekuatannya. Resistansi Antimikroba atau Antimicrobial resistance, disingkat menjadi AMR, memicu krisis kesehatan global yang tak pandang bulu. Bahkan rumah sakit dengan fasilitas paling canggih sekalipun bisa kewalahan jika antibiotik tak lagi efektif melawan infeksi. Tanpa tindakan nyata, ancaman ini bisa membuat kita kembali ke masa lalu di mana infeksi ringan pun bisa berakibat buruk.

Setiap tahun, AMR merenggut nyawa sekitar 1,27 juta orang di seluruh dunia, dan berkontribusi pada hampir 5 juta kematian secara keseluruhan. Jika tak segera ditangani, jumlah ini diproyeksikan bisa melonjak hingga 10 juta kematian per tahun pada 2050, menjadikannya sebuah ancaman yang lebih mematikan daripada kanker.

Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kondisi ini semakin memprihatinkan. Pada 2019, sekitar 34.500 kematian di Indonesia disebabkan langsung oleh resistansi antimikroba, sementara 133.800 kematian lainnya berhubungan dengan komplikasi resistansi ini. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-78 dari 204 negara dengan AMR sebagai penyebab kematian. Jika tidak ada langkah penanganan yang komprehensif, AMR dapat memicu krisis kesehatan dan ekonomi yang lebih parah di masa mendatang, membebani sistem kesehatan yang sudah terbatas serta memperparah kesenjangan layanan medis, terutama di wilayah terpencil.

Apa itu antimikroba?

Antimikroba adalah obat-obatan yang digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Jenis-jenis antimikroba meliputi:

  • Antibiotik, digunakan untuk membunuh bakteri,
  • Antivirus, untuk mengatasi virus,
  • Antijamur, untuk mengobati infeksi jamur,
  • Antiparasit, untuk melawan parasit.

Apa itu AMR?

AMR terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi kebal terhadap obat-obatan yang biasanya digunakan untuk membunuh atau menghentikan mereka. Penggunaan obat-obatan ini adalah landasan utama dalam perawatan kesehatan modern, dari operasi hingga pengobatan infeksi umum. Namun, seiring waktu, beberapa tentara kecil ini belajar bagaimana menghindari atau menahan serangan dari senjata kita. Akibatnya, senjata kita menjadi kurang efektif, dan tentara kecil ini terus menyerang tanpa hambatan. Inilah yang terjadi dengan AMR, di mana mikroorganisme menjadi lebih kuat dan obat-obatan kita kehilangan kekuatannya.

Penyebab utama AMR

AMR muncul secara alami seiring waktu, biasanya sebagai akibat dari perubahan genetik organisme antimikroba terhadap manusia, hewan, makanan, tumbuhan, dan lingkungan (di air, tanah, dan udara). AMR dapat menyebar dari manusia ke manusia atau antara manusia dan hewan, termasuk melalui makanan hewan.

Beberapa penyebab utama yang mempercepat penyebaran dan memperburuk kondisi AMR adalah:

  1. Sanitasi dan kebersihan yang buruk:
    Kurangnya akses ke air bersih, sanitasi, dan kebersihan atau yang disebut WASH (re: water, sanitation, and hygiene) untuk manusia dan hewan. Akses yang tidak memadai ke air bersih dan sanitasi meningkatkan risiko dan memperburuk penyebaran infeksi yang sulit diobati.
  2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang tidak adekuat: Kurangnya pencegahan dan pengendalian infeksi dan penyakit yang buruk di fasilitas kesehatan dan peternakan dapat meningkatkan risiko penularan dan penyebaran penyakit termasuk mikroorganisme yang resistan.
  3. Penggunaan antibiotik secara berlebihan:
    Penggunaan antibiotik yang berlebihan pada manusia, hewan, dan tanaman mempercepat munculnya resistan. Kurangnya pengawasan terhadap penggunaan antibiotik juga memperburuk situasi ini.
  4. Kurangnya edukasi dan kesadaran mengenai resistansi antimikroba:
    Banyak orang belum sepenuhnya memahami risiko penyalahgunaan antibiotik dan dampaknya pada resistansi mikroorganisme.
  5. Kurangnya penegakan regulasi terhadap penggunaan antibiotik:
    Terdapat undang-undang yang mengatur penggunaan antibiotik, baik untuk manusia maupun hewan. Namun, jika pengawasan serta penegakan undang-undang ini lemah, penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat seperti penggunaan antibiotik tanpa resep atau penggunaan di luar indikasi. Ini mempercepat munculnya resistansi.
  6. Masih kurangnya inovasi pengembangan antimikroba:
    Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi adalah penyebaran “superbug” bakteri yang tidak dapat diatasi dengan antibiotik yang ada saat ini. Masalah ini semakin diperburuk oleh fakta bahwa pengembangan obat-obatan baru, terutama antibiotik, sangat lambat. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa dari 32 antibiotik yang dikembangkan pada 2019, hanya enam yang dianggap inovatif.

Artikel ini akan lebih membahas AMR dari segi kesehatan, dengan fokus pada dampaknya terhadap manusia, termasuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resistan, dan tantangan dalam pengobatan.

Mengapa AMR perlu menjadi perhatian kesehatan masyarakat

Dalam dunia kesehatan, AMR bukan hanya ancaman bagi satu jenis penyakit, melainkan berdampak luas pada banyak penyakit seperti TBC, pneumonia, infeksi saluran kemih, hingga sepsis. AMR harus menjadi perhatian serius karena:

  1. Risiko pada prosedur medis
    Resistansi antimikroba secara langsung mengurangi efektivitas pengobatan infeksi umum dan berpotensi memicu komplikasi serius pada prosedur medis seperti transplantasi organ, kemoterapi kanker, dan operasi besar. Penggunaan antibiotik dan antimikroba sangat penting untuk mencegah dan mengobati infeksi yang dapat terjadi setelah prosedur medis, seperti operasi atau tindakan invasif lainnya. Ketika mikroorganisme menjadi resistan, infeksi yang muncul sulit diobati, sehingga meningkatkan risiko gagal fungsi organ, infeksi sistemik, hingga kematian. Situasi ini menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat karena dapat menghambat pelaksanaan berbagai prosedur medis, seperti operasi dan perawatan intensif, yang bergantung pada efektivitas antibiotik untuk mencegah dan mengobati infeksi. Akibatnya, AMR tak hanya berdampak pada individu yang terinfeksi, tetapi juga membahayakan keberhasilan intervensi medis dan memperburuk kapasitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
  2. Biaya ekonomi yang tinggi
    Resistansi antimikroba diperkirakan akan meningkatkan biaya kesehatan secara global hingga 1 triliun USD pada tahun 2050. Selain itu, resistansi ini juga dapat menyebabkan kerugian pada pendapatan domestik bruto (PDB)/pendapatan dalam negeri sebesar 1 hingga 3,4 triliun USD per tahun pada 2030 di seluruh negara, tanpa memandang status ekonomi negara tersebut. Meskipun AMR merupakan ancaman bagi semua negara, efek ekonominya lebih berat bagi negara-negara yang berpendapatan menengah dan rendah. Umumnya, negara-negara ini memiliki sistem kesehatan yang masih belum kuat, keterbatasan sumber daya, serta akses yang terbatas terhadap antibiotik yang efektif. Selain itu, peningkatan biaya kesehatan dan hilangnya produktivitas, yang disebabkan oleh AMR, akan lebih mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Bagi negara maju, AMR juga akan memicu peningkatan biaya dalam perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas, terutama karena sistem kesehatan yang lebih kompleks dan ketergantungan pada teknologi medis modern. Contohnya tindakan kemoterapi dan transplantasi membutuhkan antibiotik untuk mencegah infeksi. Namun, di sisi lain, negara-negara maju memiliki lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan obat baru yang memiliki potensi untuk menekan terjadinya krisis obat akibat AMR.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai individu?

  • Menggunakan antibiotik dengan bijak
    Hanya gunakan antibiotik jika diresepkan oleh tenaga medis. Pastikan untuk mengikuti dosis dan durasi penggunaan yang disarankan.
  • Menghindari penggunaan antibiotik untuk infeksi virus
    Infeksi seperti flu dan pilek disebabkan oleh virus, bukan bakteri, sehingga antibiotik tidak akan efektif.
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
    Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan adalah cara efektif untuk mencegah penyebaran infeksi, sehingga menurunkan kebutuhan penggunaan antibiotik.
  • Mendukung pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
    PPI, terutama pada fasilitas layanan kesehatan, memegang peranan utama dalam mencegah terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan (healthcare-associated infections/HAIs), seperti infeksi luka operasi atau infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter. Selain itu, PPI yang adekuat juga akan memutus rantai penularan atau meminimalisir risiko penularan infeksi dari pasien kepada pasien lainnya, petugas kesehatan ataupun pengunjung rumah sakit.
  • Mendukung penelitian dan pengembangan
    Meskipun investasi dalam pengembangan obat-obatan baru sangat penting untuk menghadapi “superbug” yang kebal terhadap antibiotik saat ini, upaya ini memerlukan komitmen kuat dari pemerintah dan dukungan dari pemangku kepentingan terkait. Individu dapat mendukung hal ini dengan menyuarakan pentingnya inovasi dalam pengobatan serta mendukung kebijakan yang mendorong riset dan pengembangan obat-obatan baru. Satu langkah kecil dari Sobat TB untuk tahu lebih banyak tentang AMR dapat menjadi awal untuk perubahan besar bagi orang banyak.

Saatnya bertindak

Krisis resistansi antimikroba (AMR) ini adalah peringatan keras bahwa kita tidak bisa berpuas diri dengan kemajuan medis yang ada. Tanpa tindakan nyata, ancaman AMR akan membawa kita kembali ke masa ketika infeksi sederhana bisa merenggut nyawa. Solusi untuk masalah ini tidak hanya bergantung pada inovasi obat baru, tetapi juga pada pengelolaan yang bijaksana terhadap sumber daya kesehatan yang kita miliki sekarang. AMR tidak mengenal batas negara, status ekonomi, atau usia. Maka dari itu, semua pihak termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, penggerak sektor pertanian dan peternakan, komunitas, media serta masyarakat umum, termasuk Sobat TB, harus bahu-membahu untuk mencegah ancaman ini semakin meluas. Saatnya bertindak, demi masa depan kesehatan global yang lebih baik.

Referensi:

  1. World Health Organization. (n.d.). Antimicrobial resistance. Retrieved August 23, 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
  2. Centers for Disease Control and Prevention. (2024, July). Antimicrobial resistance threats in the United States, 2021-2022. https://www.cdc.gov/antimicrobial-resistance/data-research/facts-stats/index.htm
  3. World Health Organization. (2024)1 Key updates to the treatment of drug-resistant tuberculosis: Rapid communication, June 20242. Geneva: World Health Organization. https://doi.org/10.2471/B091233
  4. ReAct. (2024). UN High-Level Meeting on AMR: Countdown begins. Retrieved August 23, 2024, from https://www.reactgroup.org/news-and-views/news-and-opinions/year-2024/un-high-level-meeting-on-amr-countdown-begins/
[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]
  • 12 December 2022

    Urogenital merupakan gabungan dari sistem kemih (urinaria) dan sistem reproduksi (genitalia). Keduanya dikelompokkan bersama [...]

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]