Perluasan Dukungan YKI melalui Proyek ASCENT DR-TB dalam Implementasi MESO Aktif program Tuberkulosis Resistan Obat Di Sulawesi Selatan
14 July 2025
Kementerian Kesehatan RI bersama Yayasan KNCV Indonesia (YKI), melalui ASCENT DR-TB yang didanai Unitaid, terus memperkuat upaya pengendalian tuberkulosis resistan obat (TBC RO) melalui berbagai bentuk bantuan teknis. Sejak awal tahun 2025, penguatan layanan TBC RO, khususnya implementasi Monitoring & Manajemen Efek Samping Obat (MESO) aktif telah diimplementasikan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Salah satu bentuk dukungannya adalah peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui workshop MESO aktif di 3 kab/kota dampingan tersebut.
Sebagai bagian dari perluasan cakupan dukungan tersebut, YKI memperluas penyelenggaraan workshop MESO aktif untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diikuti oleh 96 orang peserta dari dinas kesehatan dan 29 fasilitas pelayanan kesehatan TBC RO yang tersebar di 21 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan pada 1–3 Juli 2025 di Kota Makassar. Tujuannya adalah memperkuat kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi, menangani, dan mendokumentasikan efek samping obat secara aktif—sebagai bagian dari upaya memastikan keamanan pasien dan keberhasilan pengobatan TBC RO.
Baca juga: Kick-Off Proyek ASCENT DR-TB: Dukungan Teknis Implementasi MESO Aktif di Sulawesi Selatan
Tantangan dan Harapan
Dalam sambutannya, dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, selaku Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI, menyampaikan bahwa capaian pengobatan TBC RO secara nasional belum memenuhi harapan.
“Keberhasilan pengobatan masih 57% dari target 80%. Oleh karena itu, penerapan MESO aktif sangat penting untuk menjaga kepatuhan pasien selama pengobatan. Intervensi di Sulawesi Selatan diharapkan menjadi penguatan penanganan TBC RO dan pembelajaran bersama bagi semua fasyankes,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. dr. H. M. Ishaq Iskandar, M.Kes., M.M., M.H., juga menekankan pentingnya penguatan manajemen efek samping.
“Penguatan pemantauan dan penanganan efek samping obat menjadi salah satu langkah kunci dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan TBC RO,” tegasnya.
Komitmen Penguatan Layanan Kesehatan
Sementara itu, dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu, MKM, Associate Director YKI, menyampaikan pentingnya peran tenaga kesehatan dalam memastikan layanan TBC RO yang responsif terhadap efek samping obat.
“Workshop ini diharapkan menjadi titik awal terciptanya kebiasaan baik dalam penerapan MESO aktif di layanan TBC RO, sehingga pasien dapat menjalani pengobatan secara aman dan nyaman hingga sembuh,” ujarnya.
Pembelajaran Komprehensif dan Partisipasi Aktif
Selama tiga hari pelaksanaan workshop, peserta mendapatkan materi menyeluruh terkait implementasi MESO aktif, termasuk penguatan sistem pelaporan efek samping obat. Sesi disampaikan oleh narasumber dari Tim Kerja TBC Kemenkes RI, Technical Working Group (TWG) TBC RO nasional, serta perwakilan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Palembang yang membagikan pengalaman inovatif perawat dalam pemantauan efek samping obat (ESO).
Selain sesi pemaparan, peserta juga dilibatkan secara aktif dalam diskusi kasus, praktik penatalaksanaan ESO, serta simulasi pelaporan dan autopsi verbal. Materi yang interaktif ini dirancang untuk mendukung penerapan MESO aktif secara konsisten di lapangan.
Dukungan Alat Bantu
Guna mendukung implementasi di fasilitas layanan kesehatan, peserta dibekali dengan buku bantu MESO aktif. Alat bantu ini diharapkan dapat menjadi panduan praktis dalam deteksi dan tatalaksana efek samping obat yang berkualitas.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat. Setelah mengikutinya, kami menyadari adanya perbaikan yang perlu dilakukan dalam mendeteksi dan menangani ESO pada pasien,” ujar salah satu peserta.
Tindak Lanjut dan Kolaborasi
Workshop ditutup dengan penyusunan rencana tindak lanjut. Fasyankes akan memperkuat pelaksanaan program TBC RO, baik dari aspek tatalaksana pengobatan, MESO aktif dan pencatatan pelaporan yang lengkap dan tepat waktu.
Sedangkan seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan akan melakukan monitoring implementasi MESO aktif secara berkala.
Keberhasilan implementasi MESO aktif tidak semata ditentukan oleh peningkatan kapasitas petugas kesehatan, tetapi juga oleh kolaborasi yang solid antara manajemen fasilitas layanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan komunitas pendamping pasien.
Sinergi dalam deteksi dini dan tata laksana efek samping obat menjadi kunci tercapainya pengobatan yang aman, nyaman, dan berujung pada kesembuhan pasien TBC RO.
Materi workshop dapat diunduh bawah ini