MANDIRI TB: PENDAMPINGAN PASIEN TUBERKULOSIS (TBC) RO DI KOTA SURABAYA
23 July 2021
Proyek MANDIRI TB bertujuan untuk memperkuat kapasitas organisasi masyarakat sipil dan organisasi pasien dalam melakukan advokasi pendanaan kegiatan TB sehingga kedepannya kegiatan pendampingan pasien TBC Resistan Obat yang dilakukan oleh komunitas dapat dilakukan secara mandiri. Untuk mencapai tujuan ini setiap bulannya dilakukan pertemuan bulanan bersama masing-masing organisasi pasien dalam melakukan pendampingan.
REKAT, organisasi pasien dari Kota Surabaya mengadakan pertemuan bulanan pada 21 Juli 2021 secara daring. Pertemuan ini dihadiri oleh 24 peserta yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, anggota organisasi pasien REKAT, dan tim Yayasan KNCV Indonesia.
Pertemuan ini dibuka oleh Susanto SKP, Ners mewakili dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Dalam pembukaannya beliau berharap pertemuan rutin ini penting untuk membantu agar apa yang dilakukan dalam pendampingan pasien TBC RO di Kota Surabaya dapat berjalan dengan baik. Acara dilanjutkan dengan paparan kegiatan yang dilakukan REKAT selama bulan Juni 2021 lalu. Selain kegiatan rutin pendampingan pasien, REKAT juga mendapatkan bantuan masker dari Kemenkes RI yang perlu didistribusikan untuk pasien dampingan.
Kegiatan yang telah dilakukan organisasi pasien REKAT pada bulan Juni 2021 antara lain adalah melakukan FGD dengan pasien terkait pemahaman pasien akan informasi dasar TBC / TBC RO, juga FGD perihal pemahaman pasien akan dana enabler, yaitu dana pengganti transport pasien TBC RO selama pengobatan. REKAT bersama dengan organisasi lainnya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terlibat dalam penyusunan SOP pendampingan pasien TBC RO berbasis komunitas. Disamping itu beberapa anggota Rekat juga terlibat sebagai fasilitator dan co–fasilitator dalam lokakarya pendampingan pasien TBC RO terintegrasi dengan komunikasi motivasi dan EMPATI.
Ani Herna Sari, Pendamping Pasien REKAT dalam pertemuan ini turut berbagi pengalaman dalam pendampingan pasien yang dilakukan. Ia menceritakan sejumlah kendala pendampingan, seperti adanya pasien yang memiliki komorbid, ada yang terpapar COVID sehingga selama isolasi masih belum diketahui kapan akan kembali memulai pengobatan, dan lainnya.
”Ada juga yang tidak memiliki alat komunikasi sehingga sulit untuk dihubungi, ia sudah menjalani pengobatan untuk regimen 9 bulan sejak 8 Juni 2021, dan sejak 14 Juli 2021 ia beralih regimen menjadi 18 bulan,” ujar Ani dalam penjelasannya.
COVID-19 menjadi salah satu kendala selain pendampingan fisik menjadi tertunda, dan tidak sedikit pasien yang terpapar COVID-19. Kondisi ini tentu menjadi kendala bagi pasien dalam melanjutkan pengobatan. Meski demikian dukungan dan edukasi tetap dilakukan oleh pendamping agar pasien tidak sampai putus menjalani pengobatan. Selain pendamping, keluarga juga menjadi kunci dalam mendukung pengobatan, sehingga relasi dengan keluarga menjadi salah satu poin yang dimonitor oleh pendamping pasien.
Program Mandiri-TB melalui dukungan pendanaan dari USAID diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan akses pendanaan kegiatan dukungan pasien TBC RO baik yang bersumber dari pemerintah lokal maupun dari korporat melalui mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, program Mandiri-TB juga diharapkan berperan dalam memfasilitasi organisasi masyarakat lokal dan organisasi pasien sebagai mitra implementasi untuk memastikan pemberian dukungan psikososial yang berkualitas bagi pasien TBC RO.
Teks: Melya
Editor: dr. Suhartini
Gambar: Amadeus Rembrandt