Double Trouble: Menghadapi Resistansi Antimikroba dan Tuberkulosis Resistan Obat
27 March 2025
Hi Sobat TB!
Pada artikel sebelumnya, kita telah memahami bahwa Resistansi Antimikroba (AMR) atau resistansi antimikroba merupakan salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global saat ini. Kita juga telah membahas bagaimana dunia berjuang melawan AMR dengan memperkuat kembali komitmen pemimpin dunia dalam UNHLM Global 2024.
Namun, tahukah kamu bahwa AMR juga berdampak besar pada Tuberkulosis (TBC)? Obat-obatan yang sebelumnya efektif dalam mengatasi penyakit TBC kini semakin kehilangan daya ampuhnya, membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan kompleks.
Artinya, AMR dan TBC memiliki hubungan yang erat, lho! Dalam artikel kali ini, kita akan membahas bagaimana AMR memengaruhi TBC, angka pasien TBC RO yang semakin meningkat, serta langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk melawan keduanya (sekali dayuh dua tiga pulau terlampaui, nih!).
Yuk, simak artikel ini sampai selesai agar kita semakin memahami tantangan ini dan tetap semangat dalam perjuangan melawan TBC dan AMR!
Baca juga: Satu Windu Perjuangan Global Melawan AMR: Menelusuri Komitmen dari UNHLM 2016 Hingga 2024
Hubungan antara AMR dan tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang paling terdampak oleh resistansi antimikroba (AMR) sekaligus menjadi kontributor utama dalam permasalahan ini. Ketika bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, tidak lagi dapat dibunuh oleh obat anti-tuberkulosis (OAT) yang biasanya digunakan—seperti rifampisin. Maka kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis resistan obat (TBC RO) atau TBC kebal obat. Resistansi ini menyebabkan pengobatan menjadi lebih kompleks, berdurasi lebih lama, dan memerlukan kombinasi obat yang lebih kuat, sehingga meningkatkan tantangan dalam pengendalian TBC secara global.
Dampak dari AMR terhadap TBC terlihat nyata dalam angka kejadian TBC RO secara global. Saat ini, diperkirakan sekitar 10,8 juta orang di seluruh dunia jatuh sakit akibat TBC setiap tahunnya, dan 1,25 juta diantaranya meninggal. Dari seluruh kasus baru TBC, sekitar 3,2% berkembang menjadi TBC RO, sementara pada kasus yang pernah diobati sebelumnya, angka ini meningkat hingga 16%. Lebih mengkhawatirkan lagi, hanya sekitar 2 dari 5 orang dengan TBC RO yang memulai pengobatan, menandakan adanya kesenjangan besar dalam deteksi dan akses pengobatan. Pada tahun 2023, Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dalam estimasi insiden TBC RO tertinggi, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini di dalam negeri.
Lonjakan kasus TBC RO membawa tantangan besar bagi sistem kesehatan. Pasien dengan TBC RO membutuhkan paduan pengobatan yang lebih kompleks, belum lagi ketika pasien juga membutuhkan pengobatan yang lebih panjang, ditambah dengan efek samping yang lebih berat dibandingkan TBC sensitif obat. Ketersediaan layanan kesehatan menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam memastikan akses ke diagnosis cepat dan pemilihan pengobatan yang efektif.
Jenis-jenis TBC resistan obat (TBC RO)
Untuk memahami lebih dalam, penting nih Sobat TB untuk mengenali jenis-jenis TBC resistan obat (TBC RO) berdasarkan hasil uji kepekaan obat. TBC RO atau TBC kebal obat, mencakup berbagai jenis. Kalau berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat, dapat dibedakan antara lain:
- Tuberkulosis (TBC) sensitif rifampisin dan resistan isoniazid (TBC Hr) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, yang resistan terhadap isoniazid tetapi masih sensitif terhadap rifampisin.
- TBC resistan rifampisin (TBC RR) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, yang resistan terhadap rifampisin. Strain kuman ini dapat masih sensitif maupun resistan terhadap isoniazid (seperti TBC MDR.
- TBC multidrug resistant (TBC MDR) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex yang resistan terhadap rifampisin dan juga resistan terhadap isoniazid.
- TBC pre-extensively drug resistant (TBC Pre-XDR) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, yang resistan terhadap rifampisin dan juga resistan terhadap isoniazid, dengan resistansi tambahan terhadap fluoroquinolon.
- TBC extensively drug-resistant (TBC XDR) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex, yang resistan terhadap rifampisin isoniazid, fluoroquinolon, dengan resistansi terhadapat OAT RO Tipe A (bedaquilline atau linezolid).
Antimicrobial resistance (AMR) mencakup segala jenis TBC resistan obat (TBC RO) yang telah disebutkan, mulai dari TBC Hr hingga TBC XDR. Konsekuensinya, pengobatan TBC RO menjadi lebih menantang. Pasien mungkin memerlukan pengobatan selama 18-20 bulan dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan kompleks. Semakin banyak dan beragam obat yang dikonsumsi, semakin tinggi pula risiko efek samping serius. Oleh karena itu, penting untuk memastikan paduan pengobatan yang sesuai serta pemantauan efek samping obat, untuk mendukung keberhasilan pengobatan bagi pasien TBC RO.
Baca juga: Mengenal TBC RO pada Anak dan Permasalahannya
Paduan pengobatan baru untuk TBC RO: harapan baru di tengah tantangan AMR
Di Indonesia, pada tahun 2024, Kementerian Kesehatan merekomendasikan paduan pengobatan TBC RO dengan durasi lebih singkat. Paduan yang dimaksud adalah berdurasi 6 bulan, menggunakan paduan BPaLM (bedaquiline, pretomanid, linezolid, dan moxifloxacin) serta BPaL (bedaquiline, pretomanid, dan linezolid). Paduan ini memberikan harapan baru bagi pasien dengan TBC resistan obat karena lebih efektif. Selain itu, durasi pengobatan yang lebih singkat dibandingkan paduan lainnya yang durasi pengobatannya dapat mencapai 20 bulan. Dengan durasi pengobatan yang lebih singkat, diharapkan tingkat kepatuhan pasien meningkat. Serta, risiko efek samping yang berat dapat berkurang, sehingga meningkatkan keberhasilan pengobatan TBC RO di Indonesia.
Implementasi paduan BPaL/BPaLM memerlukan dukungan berkelanjutan, baik dari dalam maupun luar negeri. Seperti, dalam bentuk pendanaan, kebijakan, serta komitmen dari berbagai pemangku kepentingan. Selain memastikan ketersediaan obat, investasi dalam sistem pelayanan kesehatan juga menjadi kunci. Sebagai tambahan, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan serta akses terhadap fasilitas diagnostik dan pengobatan bagi pasien yang membutuhkan. Keberhasilan adopsi paduan ini bergantung pada koordinasi yang kuat antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta. Apalagi di negara-negara dengan beban TBC RO yang tinggi. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi yang tidak hanya memperkuat koordinasi lintas program, tetapi juga mendorong kebijakan berbasis bukti dalam pengendalian AMR dan TBC RO. Pendekatan inovatif dalam pengobatan TBC RO, seperti paduan BPaL/BPaLM, menunjukkan bahwa investasi dalam riset dan pengembangan dapat menghasilkan solusi yang lebih efektif. Paduan BPaL/BPaLM juga memberikan dampak luas bagi upaya pengendalian resistansi antimikroba secara global.
Selain itu, salah satu aspek penting dalam harmonisasi ini adalah pendekatan multidisiplin untuk memperkuat sistem kesehatan dalam menghadapi resistansi antimikroba. Pendekatan ini mencakup peningkatan kapasitas laboratorium untuk mendeteksi resistansi secara lebih cepat dan akurat, penerapan teknologi digital dalam pemantauan pengobatan dan pelacakan kasus, sampai dengan edukasi masyarakat dan pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan pasien. Dengan adanya sinergi untuk pendekatan multidisiplin, diharapkan upaya global dalam menghadapi AMR dan TBC RO dapat lebih efektif, berkelanjutan, dan memberikan dampak yang luas terhadap kesehatan masyarakat.
Sebagai penutup,
Resistansi antimikroba (AMR) dan tuberkulosis resistan obat (TBC RO) merupakan dua tantangan kesehatan global yang saling terkait. Dan juga memerlukan pendekatan yang komprehensif. Tanpa intervensi yang tepat, resistansi obat dapat semakin meluas. Hal ini menghambat pencapaian target eliminasi TBC. Selain itu, meningkatkan angka kematian serta beban ekonomi akibat pengobatan yang lebih panjang dan kompleks.
Penerapan paduan baru seperti BPaL dan BPaLM menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan AMR dan TBC RO. Namun, keberhasilan implementasi paduan ini memerlukan dukungan yang berkelanjutan. Dukungan pendanaan, kebijakan yang mendukung, serta kolaborasi antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta. Selain itu, pendekan multidisiplin dapat menjadi kunci dalam memperkuat sistem kesehatan dengan membangun sinergi yang kuat antara berbagai pihak. Diharapkan upaya pengendalian AMR dan TBC RO dapat lebih efektif. Dan berkelanjutan dan memberikan dampak yang lebih luas bagi kesehatan masyarakat global.
Sobat TB, kita semua memiliki peran dalam perjuangan ini. Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa mengendalikan AMR dan mengurangi beban TBC RO. Mari terus menyebarkan kesadaran akan permasalahan TBC dan AMR ini. Karena dengan satu langkah kecil dari kita, dampaknya bisa sangat besar bagi kesehatan global! #EndTB #FightAMR
Baca juga: Krisis Tanpa Obat: Mengungkap Ancaman Resistansi Antimikroba
Reference :
- Cirillo, D., Anthony, R., Gagneux, S., Horsburgh Jr, C. R., Hasan, R., Darboe, S., Laniado-Laborin, R., Probandari, A., Tukvadze, N., Arcêncio, R. A., Bimba, J. S., Brighenti, S., Chesov, D., Chiang, C.-Y., Kalmambetova, G., Knight, G., Konstantynovska, O., Kruse, A., Lange, C., Mayanja-Kizza, H., McBryde, E., Min, J., Sanchez-Montalva, A., Sulis, G., Tsogt, B., Van Der Walt, M., Yeboah-Manu, D., & Hauser, J. (2024). A successful UN High-Level Meeting on antimicrobial resistance must build on the 2023 UN High-Level Meeting on tuberculosis. The Lancet Global Health, 12(8), e1225-e1226. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(24)00345-6
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
- Stop TBC Partnership. (n.d.). Launched! Key Asks from TBC Community for the UN High Level Meeting on AMR. https://stoptbindonesia.org
- TBC Alliance. (n.d.). Tackling AMR through improved TBC therapies. https://TBCalliance.org
- WHO. (2023). Global tuberculosis report 2023. https://who.int
- Stop TBC Indonesia. (n.d.). Pemimpin Dunia Bersatu! TBC Resisten Obat Masuk Sebagai Deklarasi Politik PBB Tentang Penanganan Resistensi Antimikroba di Amerika Serikat. https://stoptbindonesia.org