ASCENT DR-TB: Penguatan Implementasi MESO Aktif melalui On the Job Training dan Pemanfaatan Buku Bantu
9 June 2025
Dalam rangka peningkatan mutu layanan tuberkulosis resistan obat (TBC RO), Yayasan KNCV Indonesia (YKI) melalui proyek ASCENT DR-TB yang didanai Unitaid terus mengembangkan berbagai inisiatif penguatan kapasitas tenaga kesehatan. Fokus utama diarahkan pada peningkatan kualitas implementasi monitoring dan manajemen efek samping obat (MESO) aktif di tingkat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).
Pendampingan dan Penguatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
Pendampingan teknis yang dilakukan menyasar 45 fasyankes TBC RO – baik rumah sakit, BBKPM maupun puskesmas di 3 kab/kota dampingan, yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pendampingan teknis diawali dengan kegiatan pelatihan penyegaran kapasitas petugas kesehatan pada Februari 2025, diikuti oleh pendampingan rutin melalui kunjungan lapangan harian, pertemuan diskusi kasus bulanan, pelaksanaan supervisi dan monitoring evaluasi, hingga pemanfaatan platform konsultasi daring Tentor untuk mendukung pemecahan masalah di lapangan secara cepat dan akurat.
Selain itu, sebagai bagian dari strategi penguatan implementasi MESO aktif, on the job training (OJT) MESO aktif juga dilakukan secara berkala di beberapa fasyankes terpilih. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam mendeteksi dan menangani efek samping obat (ESO), serta memastikan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan sesuai standar yang berlaku. Pelaksanaan OJT dilaksanakan secara kolaboratif, melibatkan perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi, pengelola program TBC kabupaten terkait, dan tim YKI. Selama kegiatan, tim melakukan peninjauan pelaksanaan MESO aktif yang telah dilakukan di fasyankes, menggali permasalahan/tantangan yang dihadapi, serta memberikan bimbingan langsung untuk mengatasi permasalahan yang teridentifikasi.
Temuan Lapangan dan Tantangan Implementasi MESO Aktif
Pada bulan Mei 2025, kegiatan OJT dilaksanakan di Puskesmas Gentungan (Kabupaten Gowa) dan Puskesmas Ma’rang (Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan). Kedua fasilitas ini menunjukkan permasalahan yang serupa, yaitu belum dilaksanakannya skrining bulanan secara rutin untuk mendeteksi beberapa efek samping obat, meskipun alat pendukung seperti EKG, Snellen chart, dan buku Ishihara telah tersedia. Selain itu, pencatatan pelaporan MESO aktif juga belum sepenuhnya lengkap.
Jenis skrining bulanan yang direkomendasikan untuk dilakukan secara mandiri di tingkat puskesmas meliputi skrining fungsi penglihatan (visus, lapang pandang dan buta warna), skrining neuropati perifer, skrining gangguan psikologis (kecemasan dan depresi), serta pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Meskipun selama ini sebagian besar pemeriksaan tersebut dirujuk ke RS TBC RO, sebenarnya Puskesmas dapat melakukannya secara langsung untuk memperkuat layanan TBC RO di fasililtas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Namun, sejumlah tantangan di lapangan turut menghambat pelaksanaanya, seperti tingginya beban kerja tenaga kesehatan, kerusakan alat EKG, serta kurangnya pemahaman terkait prosedur skrining dan tatalaksana ESO yang sesuai standar.
Pemanfaatan Buku Bantu MESO Aktif
Dalam pelaksanaan OJT, tim teknis YKI menjelaskan bagian-bagian pemeriksaan yang belum sepenuhnya dipahami petugas kesehatan, dengan mengacu pada buku bantu MESO aktif. Buku bantu MESO aktif merupakan alat pendukung pelaksanaan MESO aktif yang telah disusun secara komprehensif dan relevan dengan kebutuhan teknis layanan TBC RO.
Disajikan dalam bentuk lembar balik yang ringkas, sehingga memudahkan tenaga kesehatan dalam memahami dan menerapkan langkah-langkah pemeriksaan di lapangan. Buku ini telah didistribusikan kepada 45 fasyankes dampingan ASCENT DR-TB, sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam memberikan layanan TBC RO. Sedangkan buku bantu MESO aktif dalam bentuk file dapat diakses oleh tenaga kesehatan melalui pustaka YKI (https://yki4tbc.org/pustaka-seputar-tuberkulosis/)
Melalui kegiatan OJT ini, diharapkan terjadi transfer pengetahuan yang aplikatif di lapangan dan mendukung upaya peningkatan kualitas layanan TBC RO.