Dukungan Sektor Swasta dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional di Indonesia

11 January 2020

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Menurut WHO melalui Global Tuberculosis Report tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan beban TBC terbanyak di dunia dengan total kasus 842.000. Dari jumlah ini, diperkirakan sekitar 12.000 kasus TBC yang dilaporkan adalah TBC Resistan Obat (TBC RO).1 Sayangnya, hanya sekitar 49% dari pasien TBC RO yang memulai pengobatan. Rendahnya angka memulai pengobatan pada pasien TBC RO dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain akses terhadap layanan TBC RO, kendala dari pasien sendiri, permasalahan dari manajemen program (termasuk pencatatan dan pelaporan), dan kurangnya dukungan komunitas pada tahap memulai pengobatan.2

Akses pasien untuk layanan TBC RO yang komprehensif terkadang masih menjadi kendala di berbagai daerah. Hal ini disebabkan keterbatasan akses dalam pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan spesialis lainnya. Saat ini, telah tersedia 916 mesin Tes Cepat Molekuler (TCM) yang tersebar di 878 fasyankes di Indonesia.3 Namun di beberapa tempat, akses masyarakat terhadap TCM masih terkendala karena kondisi geografis maupun sosial ekonomi. Sehingga dibutuhkan akses transport contoh uji untuk memastikan setiap pasien dapat mengakses layanan TCM.

Dalam manajemen TBC RO masih terjadi berbagai kendala yang dihadapi oleh pasien maupun fasilitas pelayanan kesehatan karena durasi pengobatan TBC RO yang cukup panjang (9-24 bulan) dan efek samping obat bagi pasien. Salah satu efek samping obat yang dialami pasien TBC RO yang mendapatkan obat injeksi adalah penurunan fungsi pendengaran. Oleh karena itu dibutuhkan monitoring perkembangan pengobatan pasien dan pengawasan efek samping obat. Bahkan sebelum memulai pengobatan dan selama masa pengobatan, dibutuhkan sejumlah pemeriksaan untuk menilai kondisi pasien dan memantau kemajuan proses pengobatan pasien.

Yayasan KNCV Indonesia dengan dukungan PT. Johnson & Johnson melalui Project Public Private Partnership in Strengthening National Tuberkulosis Program, memberikan dukungan teknis untuk pengembangan sistem transportasi contoh uji berbasis daring melalui aplikasi SITRUST di tiga provinsi (Bali, Kepulauan Riau dan Manado) dan pengembangan penggunaan audiometri portabel di 15 Rumah Sakit.

Sistem Transport Contoh Uji melalui aplikasi SITRUST

Kegiatan dimulai dengan lokakarya di tiga provinsi, melibatkan 156 fasyankes. Transport contoh uji dilakukan dengan system kurir bekerjasama dengan PT Pos Indonesia. Lebih lanjut, telah terbentuk jejaring rujukan contoh uji di masing-masing provinsi sesuai dengan penempatan mesin TCM berdasakan jarak dan beban pemeriksaan terduga TB.

Penggunaan SITRUST sebagai aplikasi yang user-friendly memudahkan petugas fasyankes dalam mengirimkan contoh uji ke fasilitas TCM, menjamin ketersediaan kurir dalam proses dan memastikan semua perujukan contoh uji tercatat di dalam system. Data ini juga dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan analisa jejaring perujukan transport contoh uji dikaitkan dengan utilisasi penggunaan TCM di daerah tersebut

Dari bulan Desember 2018 hingga November 2019, tercatat perujukan 3,076 contoh uji melalui SITRUST di 3 provinsi (Bali dan Manado mengalami penundaan dan baru memulai penggunaan SITRUST di pertengahan TW 3 tahun 2019).

Monitoring Efek Samping Obat Melalui Penggunaan Audiometri Portabel

Johnson & Johnson adalah salah satu sektor swasta yang berkomitmen dalam mendukung program Kesehatan di Indonesia yang juga telah membina hubungan kerjasama dengan Program tuberkulosis Nasional. PT Johnson & Johnson memberikan hibah berupa 15 alat audiometri portable bagi 15 Rumah Sakit TBC RO di Indonesia. Kontribusi ini dilakukan dengan harapan monitoring efek samping obat dapat dideteksi lebih awal dan pasien mendapatkan tata laksana pengobatan yang tepat dan cepat.

Lokakarya pelatihan penggunaan Audiometri Portabel diikuti oleh 15 Rumah Sakit di Indonesia. Dari pelatihan disepakati petunjuk teknis dan SPO penggunaan audiometri portable di 15 Rumah Sakit. Penggunaan audiometri portable memudahkan pemeriksaan awal bagi pasien TBC RO serta untuk pemeriksaan follow up karena dapat dilakukan di klinik rawat jalan maupun rawat inap, sesuai dengan kondisi dari pasien.

Diharapkan dengan dua inisiatif ini (penggunaan SITRUST dan audiometri portabel) dapat meningkatkan angka mulai pengobatan pasien TBC RO dan angka keberhasilan pengobatan dengan tatalaksana efek samping obat yang tepat dan efektif.

 

Sumber:

  1. World Health Organization. (‎2018)‎. Global tuberculosis report 2018. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/274453. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO
  2. Subdit tuberkulosis Kementerian Kesehatan Indonesia. (2019) PMDT Acceleration Plan Indonesia.
  3. Direktur P2PML Kemenkes RI (2019). Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional dalam Kegiatan Monev TB Nasional 2019.

Teks: Melinda Soemarno
Editor: Melya Findi

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]