EMPATI TB: EVALUASI EMPATI TB DALAM PENDAMPINGAN PASIEN TBC RO DI 10 PROVINSI

25 November 2020

Dalam rangka mencapai target Eliminasi Tuberkulosis (TBC) tahun 2030, diperlukan berbagai upaya strategis. Salah satunya dengan pelibatan masyarakat serta organisasi mantan pasien TBC dalam pendampingan pengobatan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO). Dalam mendukung hal ini, dikembangkan aplikasi EMPATI TB yang digunakan untuk membantu pendampingan pasien TBC RO oleh komunitas. Program Nasional Penangulangan TBC saat ini telah melakukan uji coba penggunaan aplikasi EMPATI di 21 Kab/Kota di 10 Provinsi. Untuk melihat efektivitas penggunaan aplikasi EMPATI TB, Subdirektorat TB Kemenkes RI dan Yayasan KNCV Indonesia menyelenggarakan kegiatan pertemuan evaluasi penggunaan aplikasi EMPATI TB.

Kegiatan yang diselengggarakan pada tanggal 25 November 2020 ini dibuka oleh Dr. Endang Lukitosari dari Subdirektorat TB Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam pernyataanya beliau mengatakan bahwa keberhasilan pengobatan TBC RO sejauh ini baru mencapai 48-50%. Angka ini masih jauh dari keberhasilan pengobatan. Sehingga perlu adanya tools yang dapat membantu agar pasien TBC RO dapat tuntas dalam melakukan pengobatan. EMPATI TB yang diembangkan oeh Yayasan KNCV Indonesia turut mendukung proses pendampingan pasien TBC RO dalam menuntaskan pengobatan.

“Capaian indikator penemuan kasus, dan pengobatan TBC RO masih belum mencapai target. Selain adanya tools, peran komunitas dalam melakukan pendampingan juga berperan penting,”ujar Endang dalam paparannya.

Acara dilanjutkan oleh dr. Retno Kusuma Dewi MPH dengan paparan hasil evaluasi penggunaan EMPATI oleh pengguna. Dari hasil persepsi pengguna terhadap kemudahan menggunakan aplikasi EMPATI, disebutkan bahwa lebih dari 80% pengguna mengatakan bahwa aplikasi ini mudah digunakan. Adapun uji coba aplikasi EMPATI TB dilakukan sebanyak 2 tahap, dimana tahap pertama diuji cobakan di wilayah Jakarta Timur, Bandung, dan Tangerang Selatan. Sementara di tahap kedua diuji cobakan di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Palembang, Bogor, Serang, Cirebon, Semarang, Cilacap, Surabaya, Tulungagung, Makassar, Pekanbaru, Padang, Muara Enim, Padang Pariaman, Banda Aceh, Aceh Utara, dan Indrahini Hilir.

Sejumlah evaluasi yang dilakukan melihat beberapa poin indikator, salah satunya adalah memastikan pengguna di layanan intervensi menggunakan aplikasi EMPATI dalam pendampingan pasien TBC RO, serta indikator pasien TBC RO yang mendapat pendampingan tercatat di dalam aplikasi EMPATI. Dari hasil monitoring yang diusulkan oleh pengguna, ada sejumlah masukan yang diusulkan untuk pengembangan aplikasi ini agar semakin mempermudah dalam proses pendampingan, salah satunya adalah menambahkan fitur input pendampingan di EMPATI versi website agar aplikasi bisa digunakan secara nasional.

‘’Dari hasil evaluasi ini dapat disimpulkan bawah EMPATI mampu menangkap data kaskade pendampingan pasien, user friendly, adanya pop up notification untuk pasien mangkir, fitur chat, ada daftar kasus index, dan mempermudah syarat administrasi dengan export data formulir pendampingan,” terang Retno dalam presentasinya.

Pertemuan evaluasi ini dihadiri oleh 18 peserta yang berasal dari Subdirektorat TB Kemenkes, Yayasan KNCV Indonesia, LKNU, Aisyiyah, Stop TB Partnership, Penabulu, Perdhaki,  POP TB, Red Institute, PETA,  manajer kasus, dan komunitas pendamping. Peserta aktif dalam bertanya dan memberikan tanggapan berdasarkan paparan yang disampaikan.

Wahyu Hidayat, manajer kasus RSUD Dr. Iskak Tulungagung mengusulkan perlunya ada fitur standarisasi efek samping obat  TB RO. Usulan ini juga disetujui oleh Khaerul Fahmi, manajer kasus dari RSUD Cut Meutia Aceh Utara karena mampu membantu dalam mengidentifikasi kondisi pasien TBC RO. Sehingga dengan mengetahui efek samping pengobatan ini juga mampu meminimalisir kejadian putus pengobatan karena mampu di atasi sejak awal. Selain itu Rosdia, manajer kasus RSHS juga menyatakan bahwa EMPATI TB mampu  mempermudah dan mempersingkat waktu update informasi pendampingan pasien TBC RO.

‘’Kalau sebelumnya dengan penggunaan form, update informasinya membutuhkan waktu, sementara dengan EMPATI kita bisa langsung mengetahui hasil kunjungan secara langsung setelah dilakukan update dalam aplikasi,’’ ujar Rosdia menceritakan pengalamannya.

Implementasi proyek EMPATI merupakan dukungan bagi penanggulangan TBC RO di Indonesia yang didukung oleh Global Fund. Aplikasi EMPATI akan menjadi media penyampai pesan pendampingan yang terkoneksi langsung antar pendamping baik yang berada di Fasilitas Layanan Kesehatan (fasyankes) Rujukan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) dan satelitnya.

 

Teks dan foto: Melya
Editor: Erman Varella

  • 21 August 2024

      Sobat TB, di artikel sebelumnya kita sudah membaca tentang apa itu TPT. Sekarang kita [...]

  • 21 August 2024

    Tidak semua orang yang terinfeksi TBC akan mengalami gejala penyakit TBC Semua orang bisa terkena [...]

  • 21 August 2024

    Menurut WHO Global TB Report 2023, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC resistan [...]

  • 20 August 2024

    Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang ditetapkan setiap tanggal 24 Maret, [...]