EMPATI TB: MONITORING DAN TROUBLESHOOTING PENGGUNAAN APLIKASI EMPATI DALAM PENDAMPINGAN PASIEN TBC RESISTAN OBAT

11 November 2020

Kegiatan uji coba penggunaan aplikasi EMPATI dilaksanakan dalam 2 tahap, dimana tahap awal telah dilakukan di 3 kota, yaitu Jakarta Timur, Tangerang Selatan dan Kota Bandung sejak akhir Juli 2020. Sedangkan untuk uji coba tahap 2 dilakukan di 18 Kabupaten/kota di 10 Provinsi dan telah dimulai sejak awal Oktober 2020. Sehubungan dengan implementasi pelaksanaan ujicoba EMPATI dalam mendukung pendampingan pengobatan bagi pasen TBC Resistan Obat, maka Subdirektorat TB Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan pertemuan monitoring dan troubleshooting guna mendapatkan masukan dari pelaksanaan uji coba aplikasi EMPATI pada tanggal 10 November 2020.

Kegiatan ini dihadiri oleh Dinas Kesehatan, Petugas TBC di Rumah Sakit, Komunitas, dan mitra terkait dari sepuluh provinsi lokasi ujicoba , yaitu Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Barat, dan Aceh. Mengingat banyaknya peserta yang dilibatkan, maka acara ini dibagi menjadi dua gelombang yang pelaksanaanya dilakukan dalam satu hari.

dr. Imran Pambudi, Kasubdit TB Kementerian Kesehatan Republik Indonesia membuka kegiatan ini. Dalam paparannya beliau mengatakan bahwa salah satu permasalahan terbesar untuk tuberkulosis adalah kasus TBC RO. Dimana angka keberhasilan pengobatan pun cenderung menunjukkan angka yang stagnan, yaitu masih berada di bawah 50%.

“Angka keberhasilan TBC RO di Indonesia ini stagnan, sekitar 45%. Hal ini menjadi salah satu penyebab peringkat kita naik berdasarkan Global TB Report 2020. Tiga hal yang menjadi penyebab adalah turunnya upaya identifikasi kasus, success rate yang stagnan, dan TPT yang belum baik dan hanya 10% dari target. Kami harapkan dengan pemanfaatan EMPATI dapat membantu pelaksanaan program penanggulangan TBC di Indonesia,” ujar Imran dalam pembukaannya.

Acara dilanjutkan oleh dr Retno Kusuma Dewi MPH dengan paparan hasil monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi EMPATI yang diuji cobakan di 22 RS Rujukan TBC RO di 21 Kabupaten/Kota. Dalam paparannya disebutkan adanya 77% pengguna aktif aplikasi EMPATI di 21 wilayah tersebut. Sementara jumlah pengguna yang belum aktif, merupakan pendamping yang telah didaftarkan namun belum dipasangkan dengan pasien TBC RO di 2020.

Dalam melakukan evaluasi ini terdapat 12 indikator yang digunakan, diantaranya adalah memastikan pengguna di kab/kota intervensi menggunakan aplikasi EMPATI dalam pendampingan pasien TBC RO; Jumlah pasien TBC RO yang mendapat pendampingan tercatat di aplikasi EMPATI; Jumlah pasien TBC RO yang diberikan penilaian awal tercatat di aplikasi EMPATI; Jumlah pasien TBC RO yang telah dipasangkan dengan pendidik sebaya/ kader yang tercatat di aplikasi EMPATI; Jumlah Pasien TBC RO yang dilakukan kunjungan rumah yang tercatat di aplikasi EMPATI; Jumlah Pasien TBC RO yang dilakukan pendampingan rutin yang tercatat di aplikasi EMPATI; dan lainnya.

“Fitur alert pasien mangkir dalam aplikasi ini menunjukkan masih banyak yang belum sesuai dengan absensi real dikarenakan absensi SITB yang belum dilakukan penginputan data absensi secara realtime,” ujar Retno dalam paparannya mengenai catatan pelaksanaan uji coba aplikasi EMPATI.

Kegiatan ini juga menghadirkan sharing dari pihak pengguna aplikasi EMPATI, yaitu Manajer Kasus dari RSUP Persahabatan, RSUD Cilacap, RSUD Tangsel, RSUD dr.HM Rabain Muara Enim, dan RSUD Cut Meutia Aceh. Mereka membagikan pengalaman dalam mengimplementasikan EMPATI dalam membantu layanan untuk pendampingan pasien TBC RO.

Darmansyah, Manajer Kasus dari TBC LKNU membagikan pengalamannya dalam memanfaatan aplikasi EMPATI dalam pendampingan pasien TBC RO di RSUP Persahabatan Jakarta Timur. Dari data dasar per 5 November 2020 menunjukkan total pasien TBC RO di RSUP Persahabatan terdapat 267 pasien, dengan 217 pasien yang telah memulai pengobatan. Dari implementasi penggunaan aplikasi EMPATI, ada sejumlah tantangan yang dihadapi salah satnya pasien tutup kasus (meninggal, pindah, lost to follow up), pasien dampingan belum tercatat di EMPATI, serta kapasitas kader yang belum cukup memahami penggunaan EMPATI.

Implementasi proyek EMPATI merupakan dukungan bagi penanggulangan TBC RO di Indonesia yang didukung oleh Global Fund. Aplikasi EMPATI akan menjadi media penyampai pesan pendampingan yang terkoneksi langsung antar pendamping baik yang berada di Fasilitas Layanan Kesehatan (fasyankes) Rujukan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) dan satelitnya.

 

Teks: Melya
Editor: Erman Varella
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]

  • 2 December 2022

    Pada setiap tahunnya, 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Dan tema pada tahun ini [...]