EMPATI TB – PEMANFAATAN APLIKASI EMPATI DALAM MEMBANTU KOMUNITAS MENDAMPINGI PASIEN TBC RO

1 September 2020

Uji coba penggunaan aplikasi EMPATI dalam pendampingan pasien TBC Resistan Obat (TBC RO) oleh komunitas diharapkan memperkuat sistem pendampingan yang telah ada dalam program TBC saat ini yang melibatkan peran kader, pendidik sebaya dan manager kasus. Aplikasi EMPATI akan menjadi media penyampai pesan pendampingan yang terkoneksi langsung antar pendamping baik yang berada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (fasyankes) Rujukan TBC RO dan satelitnya, maupun pendampingan berbasis masyarakat/komunitas sehingga mempermudah akses pasien terhadap sumber-sumber informasi serta memotivasi untuk tetap patuh berobat sampai sembuh.

Setelah sebelumya diselenggarakan lokakarya penggunaan aplikasi EMPATI bagi komunitas pendamping, kembali dilakukan uji coba penggunaan aplikasi EMPATI tahap awal di 3 kota, yaitu Jakarta Timur, Tangerang Selatan dan Bandung. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari sejak 31 Agustus hingga 2 Sepetember 2020 ini diselenggarakan secara daring melalui zoom yang bertujuan untuk mengevaluasi penggunakan EMPATI yang telah digunakan sejak akhir Juli 2020. Evaluasi ini bertujuan untuk memdapatkan masukan serta upaya perbaikan secara teknis agar tetap maksimal dalam membantu proses pendampingan pasien TBC RO.

Kegiatan ini dihadiri oleh Subdit TB, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota, Pendamping, Manajer Kasus, RS MTPTRO, dan LKNU. Eneng, Wasor Dinkes Provinsi Banten dalam paparannya mengatakan bahwa dengan adanya aplikasi EMPATI ini diharapkan bisa mempermudah semua, salah satunya fungsi alert pasien mangkir, sehingga baik kader, pendidik sebaya, manajer kasus, dan petugas rumah sakit termasuk Dinas Kesehatan Kota dapat saling mengingatkan untuk melakukan mengupdate absensi pasien TBC RO secara real time di SITB.

Dari proses evaluasi yang dilakukan ditemukan sejumlah temuan diantaranya adalah hampir 80% pengguna EMPATI berpendapat bahwa aplikasi EMPATI mudah digunakan baik dari segi akses, penggunaan, proses penginputan data dan tata letak tampilan di dalam aplikasi. Selain itu, sebagian besar pengguna juga menyetujui bahwa aplikasi EMPATI mempermudah dalam pendampingan pasien TBC RO. Dalam 1 bulan implementasi EMPATI, terdapat 40 pasien TBC RO di 3 kota, yaitu Jakarta Timur, Tangerang Selatan, dan Kota Bandung yang sudah dilakukan penilaian awal dan dipasangkan dengan pendamping pasien melalui aplikasi EMPATI. Sementara 2 pasien TBC RO sudah dilakukan kunjungan rumah dan kontak investigasi yang dilaporkan melalui aplikasi EMPATI dan 1 pasien TBC RO sudah mulai dilakukan pendampingan rutin menggunakan aplikasi EMPATI.


“Saya sudah melakukan kontak investigasi dan pendampingan pasien melalui aplikasi EMPATI dan tidak menemui kesulitan dengan penggunaannya karena formatnya sama dengan formulir biasanya yang digunakan,” ujar Imas Sumarni- Kader Puskesmas Cilengkrang Kota Bandung.


Yayasan KNCV Indonesia (YKI) dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan beberapa aplikasi untuk membantu program tuberkulosis di Indonesia. Pengembangan EMPATI dilakukan sejak tahun 2018 sebagai upaya memperkuat sistem pendampingan pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) oleh komunitas yang sesuai dengan Panduan Penemuan Kasus dan Pendampingan Pasien TBC RO yang disepakati Bersama Kementerian Kesehatan dengan organisasi berbasis komunitas dan organisasi pasien TBC. Setelah pengembangan aplikasi selesai, EMPATI siap untuk dilakukan uji coba pelaksanaan di lapangan secara bertahap.

 

Teks dan foto: Taufiq Priyo Utomo
Editor: Melya dan Erman Varella

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]