EMPATI: UJI COBA APLIKASI EMPATI TAHAP DUA DALAM MENDAMPINGI PASIEN TBC RO

23 September 2020

Aplikasi EMPATI merupakan aplikasi yang digunakan untuk membantu proses pendampingan pasien TBC RO oleh komunitas. Manfaat aplikasi ini tidak hanya dirasakan oleh komunitas dan pasien, namun juga bagi Dinas Kesehatan dalam memonitoring pasien sehubungan dengan fungsi Dinas Kesehatan dalam memastikan pasien TBC RO terkonfirmasi RR dari wilayahnya terlapor, bisa segera memulai pengobatan serta memastikan pengobatan pasien sampai sembuh. Yayasan KNCV Indonesia melalui dukungan Sub Direktorat TB Kementerian Kesehatan mengadakan Kick off uji coba pemanfaatan EMPATI tahap dua secara daring. Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 21 September 2020 ini dihadiri oleh 163 peserta yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, layanan Kesehatan, komunitas pendamping (LKNU, Aisyiyah, organisasi pasien), POP TB Indonesia, dan WHO.

Dr. Endang Lukitosari dari Subdirektorat TB Kementerian Kesehatan membuka kegiatan ini. Dalam pembukaannya beliau memaparkan bagaimana masalah utama penanggulangan TBC RO di Indonesia, yaitu angka memulai pengobatan yang masih rendah (50%), keberhasilan pengobatan yang hanya 42%, serta penemuan dan notifikasi kasus TBC RO yang belum mencapai target. Di tahun 2020 mulai Januari hingga 18 Agutus 2020, terjadi gap antara penemuan dan enrollment TBC RO. Di tahun 2020, dari total perkiraan kasus TBC RO sebanyak 24,000, penemuan kasus hanya 6,805 dan enrollment pengobatan sebanyak 3,701, (gap 45,6%). Melihat kondisi ini tentu perlu strategi yang dapat mendorong agar pasien TBC RO dapat menjalani pengobatan hingga tuntas.

“Ada banyak strategi yang dapat dilakukan untuk membantu pasien TBC RO menyelesaikan pengobatan salah satu yang saya highlight adalah memperkuat keterlibatan komunitas baik saat mulai pengobatan maupun saat penyelesaian pengobatan. Peran serta komunitas disini dapat membantu dalam memberikan edukasi, pelacakan pasien mangkir, kontak investigasi, dan lainnya,” ujar dr. Endang Lukitosari dalam paparannya mengenai Kebijakan Nasional Pendampingan Pasien TBC RO Berbasis Komunitas.

Acara dilanjutkan dengan presentasi mengenai aplikasi EMPATI, baik secara teknis penggunaan dan fungsi dari masing-masing peran untuk dapat menggunakannya. Aplikasi ini dibuat sesuai dengan panduan kasus dan pendampingan pasien TBC RO yang disepakati bersama Kementerian Kesehatan dengan organisasi berbasis komunitas dan organisasi pasien TBC RO.


“EMPATI tidak terpisah dalam alur penemuan kasus dan pendampingan yang sudah ada sebelumnya, namun lebih kepada mendukung dan menyesuaikan dari alur yang telah berjalan. Intinya semua pasien TBC RO harus didampingi baik oleh komunitas maupun petugas Kesehatan. Peran EMPATI sebagai tools mendukung hal ini,” ujar Taufiq Priyo, Technical Officer EMPATI TB Yayasan KNCV Indonesia dalam presentasinya mengenai pengenalan EMPATI.


Yayasan KNCV Indonesia (YKI) dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan beberapa aplikasi untuk membantu program tuberkulosis di Indonesia. Pengembangan EMPATI dilakukan sejak tahun 2018 sebagai upaya memperkuat sistem pendampingan pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) oleh komunitas yang sesuai dengan Panduan Penemuan Kasus dan Pendampingan Pasien TBC RO yang disepakati Bersama Kementerian Kesehatan dengan organisasi berbasis komunitas dan organisasi pasien TBC. Setelah pengembangan aplikasi selesai, EMPATI juga telah dilakukan uji coba pelaksanaan di lapangan secara bertahap.

 

Siaran ulang: bit.ly/kickoffEMPATI21Sept2020
Materi: bit.ly/materikickoffempati

Teks dan foto: Melya
Editor: Erman Varella

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]