HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA 2021: SETIAP DETIK BERHARGA, SELAMATKAN BANGSA DARI TUBERKULOSIS

26 March 2021

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan utama yang ada di Indonesia saat ini. Mengacu pada Laporan Tuberkulosis Global, badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa di tahun 2019 terdapat 10 juta orang di seluruh dunia yang sakit TBC, yang berkontribusi kepada 1,2 juta kematian. Indonesia termasuk diantara delapan negara yang menyumbang 2/3 total kasus TBC dunia. Indonesia menempati posisi kedua setelah India sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi, dengan perkiraan 845.000 kasus baru dan 98.000 kematian akibat TBC per tahun, setara dengan 11 kematian/jam.

Dalam peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang jatuh pada tanggal 24 Maret 2021, Sub Direktorat Tuberkulosis (Subdit TB) Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan acara puncak peringatan HTBS 2021 dengan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dengan Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) Sekretariat Wakil Presiden. Acara yang terselenggara secara daring dan luring ini turut menghadirkan K. H. Maáruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Dr. Teresa Kasaeva, Director of the Global Tuberculosis Programme World Health Organization, dan Arifin Panigoro, Ketua Dewan Pembina STOP TB Partnership Indonesia.

Peringatan HTBS tahun ini mengangkat tema “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis”, yang merupakan turunan dari tema global “The Clock is Ticking”. Tema ini memiliki makna untuk menunjukkan bahwa setiap detik waktu yang kita miliki saat ini sangatlah berharga dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kembali memperkuat komitmen dan upaya bersama dalam eliminasi TBC 2030.

Dalam acara ini Dr. Tereza Kasaeva, Director of the Global Tuberculosis (TB) Programme, WHO memberikan apresiasi dalam penanganan tuberkulosis di Indonesia selama ini. Beliau mengatakan bahwa Indonesia terbukti memiliki perkembangan yang pesat dalam usaha penanggulangan TBC. Salah satunya adalah adanya komitmen politik serta dukungan pemerintah multisektor yang juga tertuang dalam peraturan presiden tentang tuberkulosis.

“Program yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejalan dengan Multisectoral Accountability, dan Indonesia merupakan negara percontohan dengan bentuk dukungan komitmen politik dari pemerintah dan memanfaatkan teknologi digital sebagai salah satu inovasi penanggulangan TBC,” ujar Dr Tereza dalam sambutannya.

Meski demikian kita belum boleh berpuas diri. Tantangan di tengah pandemi ini menjadi membuat beberapa layanan TBC terhambat. Seperti dalam hal penemuan kasus, keberhasilan pengobatan, serta kurang edukasi masyarakat karena semua fokus beralih kepada COVID-19. Hal ini justru merupakan tantangan yang kemudian menjadi harapan dalam penanggulangan TBC seperti pernyataan yang disampaikan oleh Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU Menteri Kesehatan RI. Dalam pernyataannya beliau mengatakan bahwa kita dapat memanfaatkan penanggulangan pandemi COVID-19 ini dengan juga bersinergi menerapkan upaya temuan kasus TBC, melalui diagnosis dan juga edukasi kepada masyarakat.

Dalam acara ini KH. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI memberikan arahan kedepan dalam penanggulangan TBC di Indonesia. Mengingat dampak TBC yang cukup besar tidak hanya dalam sektor kesehatan namun juga adanya risiko hilangnya produktivitas dimana kelompok produktiflah yang cukup banyak terdampak TBC, maka pemerintah memberikan empat arahan penting untuk percepatan eliminasi TBC 2030. Diantaranya adalah meningkatkan intensifikasi informasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait TBC, meningkatkan penjangkauan dan penemuan kasus, penguatan sistem fasilitas kesehatan dan peningkatan kapasitas petugas layanan, serta memperkuat sistem informas dan pelaporan.

Peringatan HTBS menjadi momen yang sangat penting untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap isu TBC sebagai salah satu upaya percepatan untuk menyelesaikan persoalan TBC yang tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, namun juga sosial dan ekonomi. Dan upaya ini menjadi PR bersama dengan melihat sisa waktu 600 hari tersisa untuk mencapai target global yang telah kita sepakati bersama.

Selamat Hari Tuberkulosis Sedunia, dan Salam TOSS TBC.

 

Teks: Melya
Editor: dr. Alva Juan
Foto: Amadeus Rembrandt

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]