IMPAACT4TB : SOSIALISASI PETUNJUK TEKNIS TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT) PADA ODHIV DI 34 PROVINSI DI INDONESIA

7 October 2021

Berdasarkan laporan Global Tuberkulosis yang dirilis Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020, disebutkan bahwa 44% ODHIV (Orang dengan HIV) dengan TBC tidak terdiagnosis selama tahun 2019. Oleh karena itu penting adanya upaya meningkatkan deteksi TBC diantara ODHIV. Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi ODHIV telah terbukti secara signifikan mengurangi kematian karena TBC. Adapun indikator menurunkan beban TBC pada ODHIV mencakup 4 hal, yaitu: 1) Persentase ODHIV dikaji TBC pada kunjungan terakhir; 2) Persentase ODHIV dengan TBC yang mendapatkan pengobatan TBC sesuai standar; 3) Persentase ODHIV baru yang menerima TPT per tahun; dan 4) Jumlah layanan perawatan HIV yang melakukan PPI TBC.

Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sebagai salah satu intervensi untuk menurunkan beban TBC pada ODHIV telah direkomendasikan di dalam Policy Statement on Preventive Therapy against TBC in PLHIV, sejak 1998 oleh WHO dan the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Di Indonesia, TPT telah diimplementasikan sejak 2014  berdasarkan Juknis PP INH, Kemenkes RI 2014. Guna mendukung upaya tersebut Yayasan KNCV Indonesia (YKI) mendukung Program TBC Nasional dalam implementasi 3HP sejak Desember 2020 melalui proyek IMPAACT4TB.

Salah satu implementasi proyek tersebut, akan dilakukan pemberian TPT 3HP pada ODHIV yang akan dilaksanakan pada layanan terpilih di 6 provinsi di Pulau Jawa. Untuk mendukung hal tersebut, substansi HIV AIDS dan PIMS Kementerian Kesehatan RI telah menyusun Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV pada tahun 2021.

Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV ini sebagai acuan untuk penguatan pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV sehingga dapat membantu mencapai target indikator yang ditetapkan. YKI melalui dukungan Subdit HIV Kemenkes RI menyelenggarakan Sosialisasi Juknis TPT pada ODHIV ke Dinas Kesehatan di 34 Provinsi di Indonesia.

Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 6 Oktober 2021 ini diselenggarakan secara hybrid yang juga dihadiri oleh sejumlah mitra yang fokus pada persoalan HIV di Indonesia, yaitu SPIRITIA, EPIC, dan GHSC-PSM. Kegiatan ini menghadirkan dr. Rudi Wisaksana Sp.PD, KPTI, PhD sebagai narasumber untuk memberikan presentasi mengenai Tatalaksana TPT pada ODHIV. Dalam paparannya beliau mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian TPT pada ODHIV.

“Perlu mengetahui riwayat penyakit, riwayat pengobatan, pemeriksaan fungsi hati, situasi sosial dan finansial, serta konseling kepatuhan pasien dalam minum obat dengan pendekatan 5M,” terang dr. Rudi dalam presentasinya.

Beliau juga menjelaskan bahwa tidak adanya interaksi obat yang signifikan antara rifapentine dengan rejimen ARV berbasis NNRTI efavirenz dan INSTI raltegravir. Dalam penelitian yang pernah dilakukan ada toleransi yang baik, adanya penekanan viral load, dan tidak ada efek samping berat terkait TPT paduan 3HP. Selebihnya tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa rifapentine mengurangi tingkat dolutegravir sehinga tidak memerlukan penyesuaian dosis. Hal ini membuktikan bahwa TPT aman diberikan pada ODHIV.

Peserta terlibat secara aktif dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dan respon terhadap paparan yang diberikan. Bpk Agung Pengelola Program HIV dari Dinas Kesehatan Jawa Timur juga berbagi pengalaman dimana ada salah satu rumah sakit yang ketika pemberian TPT INH (6H) pasien kemudian disarankan untuk merujuk ke poli paru. Ia menanyakan bahwa apakah boleh pasien tersebut dilakukan test TCM. dr. Rudi mengatakan bahwa apabila ditemukan gejala, maka perlu dilakukan test TCM untuk memastikan apakah orang tersebut positif TBC atau tidak.

Acara dilanjutkan dengan paparan oleh dr. Lanny Luhukay, Sub koordinator substansi HIV mengenai Situasi Terkini dan Kebijakan Pelaksanaan TPT pada ODHIV serta pengelolaan logistik dan pencatatan – pelaporan. Harapannya melalui kegiatan ini dapat mendukung layanan di daerah untuk meningkatkan cakupan pengobatan TPT pada ODHIV, sehingga target indikator capaian untuk eliminasi TBC dapat tercapai, serta lebih jauh meminimalisir angka kematian akibat TBC pada ODHIV. dr. Lanny juga menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini semoga dapat meningkatkan target capaian TPT yang sampai saat ini masih terbilang rendah bagi populasi ODHIV, yaitu sekitar 6%.

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan melalui dukungan kegiatan IMPAACT4TB. IMPAACT4TB berupaya untuk mendukung negara dengan beban TBC tinggi termasuk Indonesia untuk mengimplementasikan dan memperluas implementasi TPT 3HP untuk mencegah kematian TBC di antara kelompok berisiko tinggi.

 

Teks dan foto: Melya
Editor: Meilani Matondang
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]

  • 2 December 2022

    Pada setiap tahunnya, 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Dan tema pada tahun ini [...]