MANDIRI-TB: MONITORING DAN EVALUASI RAD PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS (TBC) DI KOTA JAKARTA UTARA

24 June 2021

Dalam upaya percepatan pencapaian eliminasi TBC 2030, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk Penanggulangan TBC Provinsi DKI Jakarta. Hal ini telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 28 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TBC Provinsi DKI Jakarta. Sehubungan dengan penerapan Pergub tersebut, Yayasan KNCV Indonesia menyelenggarakan pertemuan monitoring dan evaluasi RAD Penanggulangan TBC di tingkat Kota Jakarta Utara. Pertemuan yang disselenggarakan pada tanggal 23 Juni 2021 ini juga menjadi pertemuan pendahuluan dari Forum Multi Sektor Percepatan Eliminasi TBC Kota Jakarta Utara.

Forum Multi Sektor ini selanjutnya akan bertugas menyusun rencana kerja forum berdasarkan hasil evaluasi dan juga menjadi wadah bagi semua pihak untuk melaksanakan program penanggulangan TBC di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD Penanggulangan TBC di Kota Jakarta Utara serta memberikan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dan para pemangku kepentingan serta pihak terkait lainnya untuk perbaikan layanan dalam upaya pencapaian target eliminasi.

Acara ini diawali oleh penjelasan terkait format pemantauan dan evaluasi implementasi RAD Kota Jakarta Utara oleh drg. Triftianti, Technical Officer Yayasan KNCV Indonesia. Dalam paparannya beliau menyebutkan sejumlah usulan program dan kegiatan yang perlu dilakukan, seperti pertemuan rutin tim TB-HIV, peningkatan kapasitas petugas layanan, serta pertemuan pembentukan forum koordinasi, dan lainnya. Kegiatan yang diselenggarakan secara daring ini dihadiri oleh 25 peserta yang berasal dari Biro Kessos Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Subanpekko Kota Administrasi Jakarta Utara, Sudis PPAPP Kota Adm. Jakarta Utara, Sudisnakertrans Kota Adm Jakarta Utara, Sudinkes Kota Jakarta Utara, FK Universitas Atmajaya, organisasi pasien PETA (Pejuang Tanggung) dan lainnya.

“Dari paparan tersebut nampak memang adanya penurunan, hal ini karena efek pandemi sehingga pasien takut ke layanan, disisi lain TBC juga dianggap sebagai komorbid. Maka perlu kita susun siasat lain untuk mengatasi hal ini,” ujar Budi dari Biro Kesejahteraan Sosial memberikan tanggapan dalam sesi diskusi.

Hal ini kemudian ditanggapi oleh Dian Aris Tyana, Pengolah Program TBC Sudinkes Kota Jakarta Utara. Dalam pernyataannya ia mengatakan bahwa saat ini sudah ada kader yang dilatih untuk kemudian melakukan kunjungan rumah. Kader-kader ini juga melakukan “jemput bola” dengan membagikan pot dahak untuk membantu dalam penemuan kasus TBC.

Acara dilanjutkan dengan paparan mengenai rencana kerja forum multi sektor dari masing-masing sektor, baik dari sektor layanan, sektor swasta, sektor akademisi, dan sektor komunitas. Masing-masing sektor ini memiliki fungsi masing-masing sesuai perannya dalam upaya penanggulangan TBC.

’’Untuk kegiatan sosialisasi TBC di masyarakat serta meningkatkan skripsi dengan tema tesis sangat memungkinkan untuk di lakukan baik di level sarjana maupun magister, hanya saja terkait waktu perlu disesuaikan kembali dengan jadwal akademiknya serta menyesuaikan dengan situasi pandemi,” ujar dr. Kevin dari FK Universitas Atmajaya.

Peserta terlibat aktif dengan memberikan pertanyaan dan tanggapan terhadap rencana aksi yang akan dilakukan ke depan. Tentunya ini diharapkan menjadi langkah yang baik dalam mewujudkan kerjasama multi sektor untuk bersama-sama menanggulangi TBC. Isu TBC tidak hanya menjadi isu di bidang kesehatan saja, melainkan mencakup aspek lain baik sosial dan ekonomi. Dan upaya ini juga turut sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo saat Gerakan Eliminasi TBC 2030 di Kota Cimahi pada Januari 2020 silam.

Program Mandiri-TB melalui dukungan pendanaan dari USAID diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan akses pendanaan kegiatan dukungan pasien TBC RO baik yang bersumber dari pemerintah lokal maupun dari korporat melalui mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, program Mandiri-TB juga diharapkan berperan dalam memfasilitasi organisasi masyarakat lokal dan organisasi pasien sebagai mitra implementasi untuk memastikan pemberian dukungan psikososial yang berkualitas bagi pasien TBC RO.

Teks dan foto: Melya
Editor: Triftianti Lieke
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]