MRAN : Pentingnya Pencegahan TBC Laten Untuk Mengurangi Kematian pada ODHA

15 May 2020

Selain peringatan Hari AIDS Sedunia, ada satu momentum yang tidak kalah penting sebagai peringatan AIDS, yaitu Malam Renungan AIDS Nusantara atau MRAN. Momentum yang diperingati setiap minggu ketiga bulan Mei ini juga kerap dikenal dengan Candlelight Memorial. Memang tidak banyak yang mengetahui tentang peringatan ini, namun MRAN memiliki arti penting, terutama bagi para aktivis HIV-AIDS, Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) serta orang yang di sekelilingnya.

MRAN merupakan momen untuk memberitahukan kepada semua orang mengenai bahaya HIV-AIDS dan bagaimana menanggulanginya. Lantas apa perbedaanya dengan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember tiap tahunnya? Hari AIDS Sedunia adalah gerakan yang dibangun dari para tokoh-tokoh dunia, sementara Malam Renungan AIDS ini merupakan gerakan dan semangat yang berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk mengenang kerabat terdekat yang meninggal karena AIDS.

Dan seperti kita ketahui, orang dengan HIV-AIDS (ODHA) lebih mudah terserang bakteri penyebab tuberkulosis (TBC), yaitu Mycobacterium tuberculosis. Hal ini dikarenakan ODHA memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih rentan dan menjadi pintu bagi bakteri TBC untuk menyerang. Padahal sistem kekebalan tubuh bertugas untuk melawan infeksi yang menyerang tubuh. Menilik data dari Global Tuberculosis Report 2019, pada tahun 2018 jumlah kematian TBC pada ODHA di Indonesia adalah 5,300 jumlah kasus. Angka ini menyumbang 25 persen persen kasus kematian TBC pada ODHA (21,000 kasus). Yakub Gunawan, Ketua Sub Group TWG TB-HIV, mengatakan bahwa Indonesia memiliki prevalensi kasus TBC yang tinggi, dimana di dalamnya termasuk kasus infeksi laten tuberkulosis (ILTB) yang dapat menjadi TBC aktif.

ILTB merupakan kondisi dimana tidak semua orang yang terinfeksi kuman TBC akan mengalami gejala sakit TBC. ILTB dapat diobati melalui terapi pencegahan tuberkulosis (TPT), dan pengobatan ini penting dilakukan untuk memutus mata rantai infeksi TBC. Merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 67 tahun 2016, pengobatan pencegahan ILTB adalah dengan pemberian Isoniazid (PP-INH) setiap hari selama 6 bulan, yang diberikan kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Meski demikian, implementasi TPT di Indonesia pada ODHA baru mencapai 14% pada semester 1-2019. Rendahnya implementasi TPT ini disebabkan karena beberapa hal diantaranya kurangnya pengetahuan terkait TPT dan adanya penolakan dari ODHA sendiri, karena mereka merasa jumlah obat yang diminum terlalu banyak selain pengobatan HIV. Selain itu juga peran pendamping ODHA yang belum optimal untuk program TPT. Dari sisi lain tidak semua layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP)  memiliki akses distribusi TPT, tidak semua petugas PDP tersosialisasi program TPT, KIE, dan manajemen logistik TPT nasional.

Faktor-faktor lainnya yang turut mendukung adalah belum optimalnya kolaborasi TB-HIV sehingga berdampak pada sistem pelaporan TB-HIV. Serta peran KIE TPT pada pasien ODHA belum dilaksanakan secara optimal, dan masih banyak petugas kesehatan yang enggan memberikan TPT pada ODHA. Faktor-faktor ini merupakan analisis akar masalah yang diutarakan Yakub Gunawan dalam penelitiannya tentang perluasan ketersediaan layanan TPT bagi ODHA. Meski demikian, di level global, banyak penelitian yang membuktikan bahwa TPT efektif untuk mencegah ODHA terinfeksi tuberkulosis. Hasil penelitian observasional kohort di empat Rumah Sakit (RS Marzuki Mahdi, RS Hasan Sadikin, RS Cipto Mangunkusumo, dan RS Persahabatan), selama 2012-2016 menunjukkan bahwa TPT menurunkan risiko ODHA mengalami TBC sebesar 75%.

Penerapan TPT yang baik dapat berkontribusi mencegah ODHA menjadi TBC aktif, sehingga secara tidak langsung akan dapat menurunkan beban TBC serta menurunkan angka kematian TBC pada ODHA. MRAN sebagai momentum mengenang kerabat yang telah meninggal karena HIV-AIDS, juga dapat menjadi sebuah momen harapan bagi teman-teman ODHA untuk tetap dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh semangat.

 

Sumber:
https://pph.atmajaya.ac.id/berita/artikel/perluasan-ketersediaan-layanan-tpt-tuberculosis-preventive-therapy-bagi-odha/
Green, Chris W. 2016. Seri Buku Kecil: HIV & TB. Jakarta: Spiritia.
Global TB Report 2019. https://www.who.int/tb/publications/global_report/en/. Accessed in November 26th 2019.

 

Editor: Melya Findi, Alva Juan
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 7 December 2022

    Ketika didiagnosis positif tuberkulosis (TBC), beberapa orang mungkin merasa seperti bak petir saat siang [...]

  • 2 December 2022

    Limfa atau kelenjar getah bening (KGB) merupakan jaringan dari sistem limfatik yang berfungsi dalam [...]

  • 30 November 2022

    World Health Organization (WHO) telah merilis laporan tentang tuberkulosis (TBC) skala global tahun 2021 termasuk [...]

  • 9 November 2022

    Definisi dan Gambaran Umum TBC Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang dapat menular [...]