PMI: Perlukah Melindungi Pekerja Migran Indonesia Dari Risiko Penularan Tuberkulosis?
12 August 2021
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular dan merupakan merupakan 1 dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Tantangan utama dalam mencapai upaya ini salah satunya adalah penemuan kasus TBC yang masih belum optimal. WHO merekomendasikan perlunya penemuan kasus aktif berbasis komunitas pada populasi dengan angka insidensi TBC minimal 1% (misalnya ODHA, lembaga permasyarakatan, pekerja di perusahaan, serta pekerja migran).
PMI atau Pekerja Migran Indonesia merupakan salah satu dari kelompok berisiko terpapar penyakit TBC. Dalam konteks Indonesia, masih terdapat banyak tantangan dalam penemuan kasus TBC pada PMI diantaranya belum terstandarnya pelayanan promotif dan preventif terkait TBC, tidak semua pasien TBC di populasi PMI yang mengakses layanan pengobatan terstandar, mekanisme pancatatan pelaporan kasus TBC pada PMI yang terintegrasi dengan program TBC nasional.
Melihat situasi ini Yayasan KNCV Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan melakukan kajian untuk merumuskan model penanggulangan TBC yang efektif pada kelompok pekerja migran Indonesia dengan melakukan analisa situasi menyeluruh terkait situasi dan kondisi di lapangan. Terkait hal ini, YKI bersama Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan sosialisasi kajian pengembangan jejaring penemuan tuberkulosis pada Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 10 Agustus 2021. Pertemuan ini dibuka oleh Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan.
“Penanganan perlindungan bagi pekerja migran perlu dimulai dari tahap persiapan berangkat, saat berada di lokasi kerja, saat karantina hingga ketika kembali lagi ke tanah air karena berkaitan dengan risiko penyakit menular, salah satunya tuberkulosis. Sehingga upaya ini tidak hanya bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan namun juga sektor lain seperti sektor ketenagakerjaan karena berkaitan dengan pekerja migran,” ujar Bapak Riskiyana, dalam sambutannya.
Kegiatan yang diselenggarakan secara daring ini dihadiri oleh 84 peserta yang berasal dari Pertemuan ini dilanjutkan dengan paparan situasi tuberkulosisi di Indonesia saat ini oleh dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Koordinator substansi Tuberkulosis Kementerian Kesehatan RI. Yang dilanjutkan dengan paparan mengenai rencana kajian pengembangan jejaring penemuan TBC pada kelompok pekerja migran Indonesia oleh Yayasan KNCV Indonesia. Di akhir paparan dibuka forum diskusi bagi peserta untuk memaparkan gagasan dan ide dalam mendukung implementasi rencana ini.
“Terkait kerentanan PMI dalam risiko penularan TBC adalah para PMI ini yang tidak terdokumentasi. Bisa dikatakan PMI yang terdokumentasi atau resmi secara penanganan mereka terlindungi termasuk dalam cek kesehatan, namun persoalan yang terjadi adalah hal ini tidak dapat dilakukan bagi PMI yang tidak resmi atau tidak terdokumentasi,” ujar Rijal A. H, perwakilan Kedutaan Besar RI di Malaysia.
Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan wilayah provinsi untuk berdiskusi menentukan rencana tindak lanjut dalam implementasi pengambilan data di masing-masing wilayah. Dalam diskusi terpisah ini peserta turut mendiskusikan rencana pengumpulan data sekunder sehubungan dengan data PMI yang berangkat dan pulang karena sakit, data BLK yang terdaftar di Disnaker, data pengajuan PMI, data penempatan calon PMI, dan lainnya selama 3 tahun terakhir.
Harapannya melalui kegiatan ini dapat semakin menjangkau keterlibatan populasi kunci lainnya yang berisiko TBC serta memperluas kerjasama dengan sektor lain yang lebih luas, sehingga harapan untuk pencapaian target eliminasi TBC dapat terwujud di tahun 2030.
Teks: Melya
Editor: Yeremia PMR
Gambar: Amadeus Rembrandt