Sosialisasi Pertemuan Forum Multi Sektor di Tingkat Nasional

2 June 2022

Berdasarkan Global TB Report tahun 2021, diestimasikan terdapat 824.000 kasus TBC baru setiap tahun di Indonesia, tetapi yang ditemukan dan dilaporkan baru mencapai 393.323 kasus (48%), sisanya belum dilaporkan atau belum ditemukan dan belum diobati yang berpotensi menjadi sumber penularan di sekitar kita. Tidak heran jika kasus TBC masih tinggi di Indonesia dan menjadi penyebab kematian yang cukup tinggi, mencapai 93.000 setiap tahunnya atau sebesar 11 kematian per jam terjadi akibat TBC. Masalah yang ditimbulkan akibat TBC berdampak tidak hanya pada kesehatan tapi juga pada tataran sosial, ekonomi, dan budaya. Sebanyak 40% pasien TBC mengalami beban biaya katastrofik dan semakin membesar menjadi dua kali lipat bebannya pada pasien TB resistan obat (TB- RO). Untuk menanggulangi permasalahan TBC tersebut perlu dilakukan pelibatan multi sektor baik di tingkat nasional, maupun kabupaten kota.

Foto: Pembukaan oleh dr. Nancy D. Anggraeni, M.Epid

Sehubungan dengan hal tersebut Kemenko PMK beserta Kemenkes dan Kemendagri melaksanakan kegiatan sosialisasi Forum Multi Sektor untuk Eliminasi TBC kepada 514 kabupaten/kota pada hari Kamis, 2 Juni 2022 secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh pemangku kepentingan lintas sektor (termasuk kementerian dan Lembaga serta jajarannya, CSO, organisasi swasta serta ormas) di tingkat nasional sampai tingkat Kabupaten/kota. Kegiatan dibuka oleh dr. Nancy D. Anggraeni, M.Epid selaku Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK. Dalam sambutan yang disampaikan, beliau menyatakan bahwa dampak TBC tidak hanya berdampak dari sisi Kesehatan pasien saja namun juga memberikan dampak sosial, misalnya hilangnya pekerjaan/pendapatan dari pasien akibat penyakitnya. Sehingga penyakit TBC ini berisisan dengan masalah lain, seperti kemiskinan dan stunting. Selanjutnya, beliau menyatakan bahwa keberhasilan penanggulangan TBC di Indonesia juga akan menentukan keberhasilan penyelesaian masalah dalam masyarakat lainnya, seperti kemiskinan dan stunting, yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk itu, usaha ini membutuhkan keterlibatan multi sektor yang saling bersinergi di dalam pelaksanaan kegiatannya.

Foto: Pemaparan oleh Dr Wera Damianus perwakilan YKI

Kegiatan dilaksanakan dalam 4 diskusi panel. Panel pertama terdiri atas narasumber dari bidang pemerintahan yang memaparkan landasan kebijakan penanggulangan TBC serta situasi penanggulangan TBC secara nasional. Panel kedua merupakan kelompok narasumber dari mitra, termasuk Yayasan KNCV Indonesia (YKI) yang membagikan pengalaman baik dalam pembentukan wadah kemitraan. Kegiatan dilanjutkan dengan panel ketiga berisikan narasumber yang berasal dari anggota Forum Multi Sektor di tingkat Kabupaten/Kota untuk memberikan testimoni mengenai keterlibatan masing-masing unsur dalam implementasi kegiatan dari forum. Panel terakhir adalah penanggap yang berasal dari berbagi unsur untuk memberikan tanggapan dan masukan terhadap wadah kemitraan.

Dr Wera Damianus dari Yayasan KNCV Indonesia (YKI), berbagi pengalaman pembelajaran baik yang diperoleh melalui program Mandiri-TB. Program ini merupakan salah satu kegiatan yang didukung dengan pembiayaan USAID dan diselenggarakan di empat kota di Indonesia, yaitu Kota Medan, Kota Jakarta Utara, Kota Surabaya dan Kota Makassar. Mandiri-TB, dengan dukungan komitmen yang kuat dari pemerintah setempat, Dinas Kesehatan serta pemangku kepentingan terkait lainnya, berhasil mendorong terbentuknya wadah kemitraan di empat kota tersebut, yang selanjutnay disebut dengan Forum Multi Sektor (FMS), dengan mengusung konsep pentahelix. Konsep pentahelix dalam FMS telah berhasil membangun aliansi 5 sektor utama di dalam masyarakat (yaitu sektor pemerintahan, sektor dunia usaha/swasta, sektor akademisi/organisasi profesi, sektor komunitas dan sektor media) untuk bergerak bersama dan bersinergi dalam upaya menyelesaikan berbagai permasalahan TBC di tingkat kota. Selain itu juga ditampilkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh FMS di tingkat kota serta keberhasilan advokasi pendanaan untuk kegiatan program TBC melalui FMS di Kota Medan, Kota Surabaya dan Kota Makassar.

Foto: Drg. Agus Suprapto, M.Kes

Kegiatan ini ditutup pada pukul 12.30 WIB oleh Drg. Agus Suprapto, M.Kes selaku Deputi Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan, Kemenko PMK. Beliau berharap agar paparan serta pengalaman-pengalaman yang disampaikan bisa memberikan insprasi bagi para pemangku kepentingan di kabupaten/kota untuk mulai menginisiasi Forum Multi Sektor di daerahnya masing-masing.

  • 21 August 2024

    Sobat TB, di artikel sebelumnya kita sudah membaca tentang apa itu TPT. Sekarang kita akan [...]

  • 21 August 2024

    Tidak semua orang yang terinfeksi TBC akan mengalami gejala penyakit TBC Semua orang bisa terkena [...]

  • 21 August 2024

    Menurut WHO Global TB Report 2023, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC resistan [...]

  • 20 August 2024

    Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang ditetapkan setiap tanggal 24 Maret, [...]