Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO)
5 January 2023
Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) adalah penyakit TBC yang disebabkan oleh strain kompleks Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang resistan terhadap obat TBC apapun. Hal ini disebabkan oleh mutasi spontan pada kromosom. Pengobatan TBC menyebabkan hambatan selektif pada populasi kuman Mtb sehingga kuman Mtb sensitif dibunuh, sementara populasi mutan akan bereproduksi dan menyebabkan terjadinya resistansi terhadap Obat Anti TBC (OAT).
TBC RO pada dasarnya adalah suatu fenomena “buatan manusia”, sebagai akibat dari pengobatan pasien yang tidak adekuat maupun penularan dari pasien TBC RO. Menurut Global TB Report 2022, kasus TBC MDR/RR sendiri diperkirakan mencapai 28.000 kasus dari total 969.000 kasus TBC yang ada di Indonesia pada tahun 2021.
Kategori Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO)
- Monoresistance
Monoresistance merupakan resistan terhadap salah satu OAT, misalnya resistan terhadap isoniazid (H).
- Polyresistance
Polyresistance merupakan resistan terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid (H) dan rifampisin (R), misalnya resistan isoniazid dan etambutol (HE), rifampisin etambutol (RE), isoniazid etambutol dan streptomisin (HES), rifampisin etambutol dan streptomisin (RES).
- Multidrug-resistant TB (MDR-TB)
MDR-TB merupakan resistan terhadap rifampisin dan isoniazid.
- Pre-extensively drug-resistant TB (pre-XDR-TB)
Pre-XDR-TB merupakan Resistan terhadap rifampisin (dan mungkin juga resistan terhadap isoniazid), dan itu juga resistan terhadap setidaknya satu fluoroquinolone (baik levofloxacin atau moxifloxacin).
- Extensively drug-resistant TB (XDR-TB)
XDR-TB merupakan resistan terhadap rifampisin (dan mungkin juga resistan terhadap isoniazid), dan yang juga resistan terhadap setidaknya satu fluoroquinolone (levofloxacin atau moxifloxacin) dan setidaknya satu obat “Kelompok A” lainnya (bedaquiline atau linezolid).
- Rifampicin-resistant TB (RR-TB)
RR-TB merupakan Resistan terhadap rifampisin dan atau resistan terhadap isoniazid (yaitu MDR-TB), atau resistan terhadap obat TBC lini pertama atau lini kedua lainnya.
- Rifampicin-susceptible, isoniazid-resistant TB (Hr-TB)
Resistan terhadap isoniazid tetapi rentan terhadap rifampisin.
Faktor Penyebab TBC RO
Pemberi jasa (petugas kesehatan)
- Diagnosis tidak tepat
- Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat
- Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat
- Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat
Pasien
- Tidak mematuhi anjuran dokter / petugas kesehatan
- Tidak teratur menelan paduan OAT
- Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya
- Memiliki gangguan penyerapan obat
Program Pengendalian TBC
- Persediaan OAT yang kurang
- Rendahnya kualitas OAT yang disediakan
Penegakan Diagnosis TBC RO
Tes Cepat Molekuler
Pemeriksaan TCM dengan alat Xpert MTB/RIF merupakan tes amplifikasi asam nukleat secara otomatis untuk deteksi bakteri M. tuberculosis complex dan gen resistansi terhadap rifampisin (rpoB).
Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA) yang merupakan bagian dari uji kepekaan, dilakukan segera setelah pasien terkonfirmasi TB Rifampisin Resistan sebelum pasien memulai pengobatan TBC RO.
Biakan
Pemeriksaan biakan bertujuan untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi kuman MTb menggunakan media media padat (Lowenstein Jensen / LJ) atau media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube / MGIT).
Uji Kepekaan secara Fenotipik
Saat ini, pemeriksaan uji kepekaan secara konvensional dalam Program Penanggulangan TB hanya dilakukan menggunakan media cair (MGIT).
Pengobatan TBC RO
- Pengobatan standar jangka pendek
Lama pengobatan sekitar 9-11 bulan. Paduan pengobatan TB RO jangka pendek tanpa injeksi terdiri dari 7 jenis obat pada tahap awal dan 4 jenis obat pada tahap lanjutan, dengan komposisi sebagai berikut:
- Pengobatan TBC RO jangka panjang
Lama pengobatan sekitar 18-24 bulan. Pasien diberikan 5 macam obat selama 6-8 bulan pertama. Lalu dilanjutkan dengan minimal 3 macam obat yang diminum setiap hari sampai total durasi pengobatan mencapai 18-24 bulan.
Pencegahan TBC RO
- Memeriksakan diri sesegera mungkin jika merasakan ada gejala TBC.
- Minum obat TBC secara rutin dan tidak terputus sampai dinyatakan sembuh (mengkonsumsi OAT dengan waktu/dosis yang sudah ditentukan oleh Dokter).
- Patuhi anjuran dokter dan petugas kesehatan.
- Menggunaan masker untuk pasien TBC RO agar tidak menularkan ke orang sekitar.
Referensi
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia.
WHO. 2020. Consolidated guidelines on tuberculosis: module 4: treatment: drug-resistant tuberculosis treatment.
WHO. 2022. Global TB Report.