Workshop MESO Aktif bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dampingan Proyek ASCENT DR-TB
27 February 2025
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) bersama Yayasan KNCV Indonesia (YKI) terus berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan pengobatan TBC RO di Indonesia. Melalui pendanaan Unitaid, Proyek ASCENT DR-TB diharapkan dapat menjawab salah satu tantangan pelaksanaan pengobatan TBC RO, yaitu monitoring dan tata laksana efek samping obat (MESO) secara aktif.
Dalam rangkaian Proyek ASCENT DR-TB, Kemenkes RI bersama YKI melaksanakan Workshop MESO Aktif bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dampingan Proyek ASCENT DR-TB sebagai upaya memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dalam menangani Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO). Workshop ini berlangsung selama tiga hari, pada 11-13 Februari 2025, diikuti oleh lebih dari 105 tenaga kesehatan dari tiga wilayah implementasi proyek ASCENT DR-TB di Provinsi Sulawesi Selatan yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Tujuan utama dari workshop ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan MESO Aktif dengan menerapkan standar yang benar dan meningkatkan kualitas kinerja sesuai bidang masing-masing.
Baca juga: ASCENT DR-TB mendukung peningkatan kualitas program TBC RO di Indonesia
Selain mendapatkan pembaruan informasi dan capaian kebijakan terkait TBC RO di Indonesia, peserta juga mendapatkan penyegaran dan pembekalan pengetahuan serta keterampilan penting, antara lain:
- Tatalaksana pengobatan TBC RO
- Monitoring dan manajemen efek samping obat secara aktif
- Jenis dan penatalaksanaan efek samping obat
- Deteksi dini efek samping obat pada pasien TBC RO
- Pencatatan dan pelaporan MESO Aktif, termasuk pelapordan kejadian tidak diinginkan (KTD) serius, serta
- Autopsi verbal
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. dr. H.M. Ishaq Iskandar, M. Kes., MM., MH. Beliau menyampaikan implementasi monitoring dan manajemen efek samping obat menjadi langkah penting dalam pengobatan TBC RO dan upaya eliminasi TBC di Sulawesi selatan.
“Implementasi MESO aktif melibatkan penilaian klinis dan pemeriksaan laboratorium secara sistematis guna mendeteksi, mengelola dan melaporkan toksisitas obat yang digunakan. Sebagai bagian dari evaluasi capaian indikator pelaporan MESO aktif di Sulawesi Selatan selama 3 tahun terakhir, kami mencatat perkembangan yang masih fluktuatif. Kami berharap ada peningkatan yang konsisten setiap tahunnya. Hal ini sangat penting untuk memastikan efek samping yang dialami terlaporkan dapat segera ditindaklanjuti oleh Tim Ahli Klinis.”
Dalam sambutannya, dr. Yeremia Prawiro Mozart Runtu, MKM, Associate Director YKI, menyampaikan bahwa sejak 2023, Kementerian Kesehatan RI telah mengenalkan paduan pengobatan baru TBC RO, yaitu BPaL/M. Namun, masih terdapat beberapa tantangan.
“Keberhasilan pengobatan TBC RO masih berada di rentang 54-58%. Pelaporan MESO aktif juga masih memiliki kesenjangan, terutama di fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana TBC RO yang menangani jumlah pasien cukup besar. Kesenjangan ini menjadi dasar bagi YKI bersama Kemenkes RI dan Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendukung peningkatan kualitas TBC RO melalui MESO Aktif. Kami berharap kerja sama ini dapat menjadi langkah nyata dalam upaya penanggulangan TBC RO di Sulawesi Selatan,” ujar dr. Yeremia P.M Runtu, pada sambutannya.
Pada kesempatan yang sama, dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah terus berupaya dalam eliminasi TBC di Indonesia, beliau juga menyampaikan harapannya untuk kegiatan workshop ini.
“Terima kasih untuk seluruh pihak yang sudah bekerja keras. Mudah-mudahan ini menjadi harapan dalam meningkatkan enrollment dan juga success rate pengobatan TBC RO. Capaian sementara yang disampaikan dokter Yere tadi tentang keberhasilan pengobatan TBC RO di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum semakin baik lebih, khususnya di kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan.”
Setelah kegiatan ini, peserta diharapkan dapat menerapkan informasi dan pengetahuan yang diperoleh dalam memberikan layanan di fasilitas pelayanan kesehatan masing-masing. Beberapa tindak lanjut yang direncanakan meliputi:
- Peningkatan kualitas layanan TBC RO, termasuk pengobatan TBC RO sesuai standar, pelaksanaan MESO aktif, penguatan pencatatan dan pelaporan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaannya oleh Dinas Kesehatan terkait.
- Pendampingan pelaksanaan MESO aktif di fasyankes dampingan yang 3 kab/kota wilayah intervensi oleh tim YKI.
- Penyediaan platform konsultasi klinis maupun programatik guna meningkatkan kualitas pelaksanaan layanan TBC RO.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen bersama, mari tingkatkan kualitas layanan TBC RO sebagai upaya eliminasi TBC di Indonesia.
Materi workshop dapat diunduh bawah ini