Satu Windu Perjuangan Global Melawan AMR: Menelusuri Komitmen dari UNHLM 2016 Hingga 2024
19 March 2025
Hi Sobat TB, pada bagian sebelumnya, kita telah membahas mengapa Antimicrobial Resistance (AMR) menjadi ancaman serius bagi kesehatan global. Kini, kita akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana pemangku kepentingan di tingkat internasional, melalui United Nation High Level Meeting atau UNHLM AMR, bekerja sama untuk merespons tantangan besar ini.
United Nation High Level Meeting atau UNHLM (Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa) adalah forum yang diadakan oleh Majelis Umum PBB (UNGA), badan pengambil keputusan utama yang mewakili 193 negara anggota. UNHLM (United Nation High Level Meeting) ini menjadi ajang penting bagi negara-negara anggota untuk berdiskusi dan merumuskan kebijakan terkait berbagai isu global yang mendesak. Dalam forum HLM (High Level Meeting), para pemimpin dunia bekerja sama untuk mencari solusi atas tantangan global yang berdampak luas pada banyak negara. HLM ini diadakan dalam keadaan luar biasa melalui resolusi PBB, dengan tujuan mencapai kesepakatan tentang tindakan kerjasama dan solusi terhadap isu-isu global penting di antara kepala negara dan pemerintahan.
Langkah Awal Pengendalian AMR: Komitmen Global pada UNHLM tahun 2016
Pada tahun 2016, UNHLM tentang AMR mengusung tema: Relevance of addressing antimicrobial resistance for the achievement of the Sustainable Development Goals (SDGs), particularly the health-related Goals (Pentingnya mengatasi resistansi antimikroba untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan yang terkait dengan kesehatan). Terdapat delapan komitmen dalam Deklarasi Politik yang bernomor A/RES/71/3 tentang AMR. Delapan komitmen tersebut disetujui oleh komunitas internasional untuk memperkuat upaya global dalam melawan resistansi antimikroba.
Berikut adalah 8 komitmen internasional untuk melawan AMR:
- Rencana aksi nasional multisektoral: setiap negara diharapkan membuat dan melaksanakan Rencana Aksi Nasional untuk melawan AMR. Rencana ini mencakup kerjasama di berbagai sektor: kesehatan, hewan, dan lingkungan agar penggunaan antibiotik lebih bijaksana dan terkontrol.
- Dukungan organisasi global dan nasional: dalam melawan AMR dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik itu organisasi internasional (seperti WHO, FAO, OIE) maupun komuitas serta pemangku kepentingan terkait, baik di tingkat nasional, regional, maupun global.
- Mobilisasi pendanaan yang berkelanjutan: komitmen untuk menggalang dana yang cukup untuk penelitian dan pengembangan antibiotik baru, vaksin, dan teknologi diagnostik lainnya agar bisa terus berinovasi dan memperbaiki layanan Kesehatan.
- Pengawasan dan regulasi: setiap negara perlu membangun sistem yang kuat untuk mengatur dan memantau penggunaan serta penjualan antibiotik, baik untuk manusia maupun hewan.
- Meningkatkan kesadaran dan promosi pada perubahan perilaku: kampanye untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya resistansi antibiotik sangat penting. Ini juga termasuk mendorong penggunaan antibiotik yang tepat dan melibatkan peran aktif dari tenaga medis, pasien, dan masyarakat umum.
- Pendekatan : pendekatan ini mengakui keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Kerjasama lintas sektor ini sangat penting untuk mengatasi AMR secara menyeluruh.
- Kerangka kerja global untuk pembangunan dan pengawasan: WHO bersama dengan FAO dan OIE akan membangun kerangka kerja global untuk memastikan penggunaan antibiotik yang bijaksana dan menjamin akses yang adil ke obat-obatan, terutama bagi negara yang lebih membutuhkan.
- Mendirikan kelompok koordinasi antar-lembaga: PBB membentuk kelompok koordinasi khusus untuk memberi panduan dalam menangani AMR secara global, memastikan setiap negara bekerja sama dan membuat laporan kemajuan secara berkala.
Upaya Bersama Mengatasi AMR: Peran Pendekatan One Health dalam Penanganan AMR
Salah satu poin yang ditekankan dalam Deklarasi Politik pada UNHLM 2016 adalah Pendekatan One Health. Pendekatan ini adalah pendekatan terpadu dan menyeluruh yang bertujuan untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem secara berkelanjutan. Pendekatan ini mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan domestik dan liar, tumbuhan, serta lingkungan yang lebih luas (termasuk ekosistem) saling terkait dan saling bergantung. One Health memainkan peran penting dalam penanganan resistansi antimikroba (AMR) dengan mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan saling terkait dan harus dikelola secara terpadu.
One Health mendorong kerja sama antara berbagai sektor seperti kesehatan manusia, kesehatan hewan, pertanian, dan lingkungan untuk mengatasi AMR secara holistik. Dalam pendekatan ini menekankan penggunaan antimikroba yang hati-hati dan bertanggung jawab di semua sektor untuk mencegah perkembangan resistansi. Selain itu, One Health mendukung peningkatan cakupan dan kualitas diagnosis serta pengawasan infeksi yang resistan. Di semua tingkat sistem kesehatan, serta peningkatan akses yang adil terhadap vaksin, terapi, dan alat diagnostik untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Implementasi pendekatan One Health ini dipelopori dan didukung oleh Badan Tripartite (tiga lembaga), yaitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH). Hal ini menunjukkan bahwa AMR bukan hanya masalah bagi sektor kesehatan dan peternakan, namun membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Sampai saat ini, pendekatan One Health telah diadopsi oleh lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia.
Upaya Bersama Mengatasi AMR: Kebijakan Nasional Indonesia dalam Mengatasi AMR
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan mengambil langkah nyata untuk mendukung komitmen global dalam mengatasi resistansi antimikroba (AMR). Salah satu wujud komitmen tersebut adalah penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk penanganan AMR yang telah direkomendasikan dalam delapan komitmen politik dari UNHLM 2016, yang diluncurkan pada tahun 2017. Langkah ini menjadi pondasi penting dalam upaya memperkuat pengendalian penggunaan antibiotik di berbagai sektor, serta memastikan keterlibatan lintas sektor sesuai dengan pendekatan One Health.
Beberapa poin penting dalam kebijakan ini antara lain:
- Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait AMR: kampanye publik telah diluncurkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan antibiotik yang tidak tepat, dan pentingnya mematuhi resep dokter saat menggunakan obat antimikroba.
- Penggunaan antimikroba yang bijak: mendorong kepatuhan penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab di sektor kesehatan manusia dan hewan. Ini termasuk pembatasan penggunaan antibiotik tanpa resep di sektor medis dan veteriner atau sektor kedokteran hewan serta sektor pertanian.
- Peningkatan kapasitas diagnostik: penguatan laboratorium dan pelatihan tenaga kesehatan untuk mendiagnosis infeksi yang resistan terhadap obat adalah bagian dari rencana aksi. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai berdasarkan hasil diagnosa yang tepat.
- Pengawasan dan pemantauan penggunaan antimikroba: RAN juga mencakup penguatan sistem surveilans terhadap penggunaan antimikroba terintegrasi di sektor kesehatan, peternakan, dan pertanian untuk mencegah penyalahgunaan obat yang dapat mempercepat timbulnya resistansi.
- Penguatan riset dan inovasi: pemerintah berkomitmen untuk mendukung dan mendorong penelitan dan riset untuk menemukan solusi pengobatan infeksi resistan termasuk di dalamnya pemngembangan antibiotik dan vaksin baru. Selain itu, pemerintah juga mendorong dilakukannya kolaborasi antara lembaga penelitian nasional dan internasional untuk mempercepat inovasi.
- Penguatan kebijakan dan kerangka regulasi: dokumen RAN 2016-2109 menekankan regulasi distribusi serta pengginaan antimikroba serta keterlibatan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan sektor lainnya dalam pengendalian AMR.
Indonesia Terlibat Aktif
Saat ini Indonesia telah terlibat secara aktif dalam pemantauan dan evaluasi terkait AMR dengan bergabung dalam sistem pemantauan global seperti GLASS. GLASS bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data AMR dari berbagai negara dengan cara yang terstandardisasi, sehingga memberikan gambaran global tentang tingkat resistansi terhadap antibiotik. Indonesia juga menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang menjalani Joint External Evaluation Mission (JEEM) WHO. Joint External Evaluation Mission (JEEM) atau evaluasi eksternal oleh WHO ini dilakukan untuk menilai kapasitas negara dalam menghadapi ancaman kesehatan, termasuk AMR.
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam menangani AMR. Setelah menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) AMR 2016-2019, komitmen ini diperkuat melalui Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Tahun 2020 – 2024. Yang diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan Nomor 7 Tahun 2021. Peraturan ini mencakup beberapa poin penting, antara lain:
Tahun 2024: UNHLM tentang AMR dan Harapan Baru
Sebelumnya, pada Maret tahun 2022, Majelis Umum PBB (UNGA) dalam resolusi bernomor UNGA A/RES/76/257 mengesahkan UNHLM tentang AMR akan diadakan pada tahun 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengamankan komitmen global yang lebih kuat dalam penanganan AMR. Melalui kolaborasi antarnegara, sektor swasta, dan lembaga internasional. Pertemuan ini melibatkan Badan Quadripartite (empat lembaga). Yaitu WHO, FAO, WOAH dan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang bertugas mengoordinasikan aktivitas lingkungan global. Termasuk perubahan iklim, biodiversitas, dan polusi.
Pada 26 September 2024, para pemimpin dunia berkumpul di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas AMR. Pada tahun ini UNHLM mengusung tema: “Investing in the present and securing our future together: Accelerating multi-sectoral global, regional, and national actions to address AMR (Berinvestasi di masa kini dan mengamankan masa depan kita bersama: Mempercepat aksi multisektoral global, regional, dan nasional untuk mengatasi AMR). Dalam pertemuan dengan pendekatan multisektoral yang melibatkan sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan ini disusunlah deklarasi politik. Deklarasi ini menyatakan komitmen bersama untuk mengatasi AMR secara komprehensif.
-
Penguatan tata kelola global yang kuat dan efektif
Untuk menghadapi AMR, perlu adanya koordinasi global yang efektif dengan peran penting dari Quadripartite (kemitraan empat organisasi internasional), serta kolaborasi lintas sektor yang kuat. Kepemimpinan yang jelas dan akuntabilitas yang terjaga akan memastikan strategi AMR dapat dijalankan dengan efektif.
-
Pembiayaan berkelanjutan untuk mendukung Rencana Aksi Nasional (RAN)
Komitmen untuk menggalang Catalytic Fund sebesar $100 juta akan membantu negara-negara menjalankan Rencana Aksi Nasional untuk AMR. Pendanaan ini melibatkan kerjasama dari berbagai sektor guna menciptakan sumber daya yang cukup untuk melawan AMR.
-
Akses yang merata terhadap antimikroba, vaksin, dan diagnostik
Upaya untuk mengurangi kesenjangan dalam akses pengobatan sangat penting. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap negara memiliki akses yang adil terhadap obat-obatan, vaksin, dan alat diagnostik. Sehingga meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
-
Pendekatan One Health melalui koordinasi multisektoral
Dengan melibatkan koordinasi pada tingkat lokal, nasional, dan global, pendekatan One Health mengutamakan pencegahan, penggunaan antimikroba yang bijak, dan kebijakan yang mencakup seluruh sektor. Ini penting untuk menangani seluruh faktor penyebab AMR yang ada.
-
Investasi dalam penelitian dan pengembangan (research and development)
Diperlukan investasi besar dalam riset dan pengembangan untuk menemukan obat-obatan, vaksin, dan alat diagnostik baru. Ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kapasitas lokal. Seperti pelatihan dan pengembangan fasilitas produksi, agar lebih siap menghadapi tantangan AMR.
-
Penguatan sistem pengawasan dan pemantauan
Dengan memperbaiki sistem pengumpulan data, monitoring kualitas, serta pelaporan yang transparan di berbagai sektor, kita dapat memahami tren AMR secara menyeluruh. Jaringan surveians juga akan diperluas hingga mencakup pemantauan lingkungan.
-
Tindak lanjut dan pelaporan rutin
Tindakan pemantauan yang rutin dan pelaporan berkala akan memastikan strategi internasional tetap relevan dan efektif dalam menghadapi AMR.
UNHLM 2024 menjadi platform untuk berbagi praktik terbaik dan inovasi dari berbagai negara. Serta memperkuat koordinasi global dalam pengawasan dan pengendalian AMR. Deklarasi Politik yang diadopsi dalam UNHLM AMR 2024 memberikan harapan baru bagi dunia dalam menghadapi tantangan serius ini. Dengan komitmen global yang lebih kuat dan pendekatan multisektoral, pertemuan ini telah menetapkan langkah-langkah konkret. Untuk memastikan koordinasi yang efektif, pembiayaan yang berkelanjutan, akses yang setara ke obat-obatan, serta peningkatan penelitian dan pengembangan.
Melalui sinergi antara negara, sektor kesehatan, pertanian, dan lingkungan, kita dapat membangun sistem yang lebih tangguh untuk melawan AMR. Saat ini, ada kesempatan besar untuk memperbaiki pendekatan dan berinovasi. Sehingga masyarakat dunia dapat terus menikmati manfaat pengobatan yang efektif dan aman. Dengan komitmen jangka panjang dan kolaborasi global yang solid, kita bisa berharap bahwa AMR menjadi tantangan yang dapat kita atasi bersama di masa depan. Memastikan dunia yang lebih sehat dan aman bagi generasi mendatang, masa depan yang bebas dari superbug. Kini saatnya bertindak sebelum terlambat!
References
World Health Organization. (n.d.). Antimicrobial resistance. Retrieved August 23, 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
Getahun, H. (n.d.). The 2016 Political Declaration on AMR: What lessons can be drawn for the 2024 UNGA HLM outcome? World Health Organization.
Centers for Disease Control and Prevention. (2024, July). Antimicrobial resistance threats in the United States, 2021-2022. https://www.cdc.gov/antimicrobial-resistance/data-research/facts-stats/index.htm
World Health Organization. (2024)1 Key updates to the treatment of drug-resistant tuberculosis: Rapid communication, June 20242. Geneva: World Health Organization. https://doi.org/10.2471/B091233
ReAct. (2024). UN High-Level Meeting on AMR: Countdown begins. Retrieved August 23, 2024, from https://www.reactgroup.org/news-and-views/news-and-opinions/year-2024/un-high-level-meeting-on-amr-countdown-begins/
World Health Organization. (n.d.). Political Declaration of the High-level Meeting on Antimicrobial Resistance Retrieved October 15, 2024 FINAL-Text-AMR-to-PGA.pdf (un.org)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024, September 6). Meredam resistensi antimikroba di rumah sakit. Sehat Negeriku. Retrieved from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240906/2646393/meredam-resistensi-antimikroba-di-rumah-sakit/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Resistensi antimikroba: Ancaman kesehatan paling mendesak, strategi One Health perlu digencarkan. Retrieved from https://kemkes.go.id/eng/rilis-kesehatan/resistensi-antimikroba-ancaman-kesehatan-paling-mendesak-strategi-one-health-perlu-digencarkan