MANDIRI-TB : Keterlibatan Sektor Korporasi Dalam Penanggulangan Tbc Di Jakarta Utara

20 August 2021

Penanggulangan tuberkulosis memerlukan peran dari semua pihak. Upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja namun juga perlu peran dari lintas sektor, termasuk sektor korporasi. Hal ini serupa dengan arahan Presiden Jokowi saat Gerakan Eliminasi Tuberkulosis di Cimahi Januari 2020 lalu. Melihat pentingnya peran swasta dalam hal ini, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama Persatuan Karya Dharma Kesehatan (Perdhaki) menyelenggarakan pertemuan advokasi sektor korporasi untuk percepatan eliminasi TBC di Jakarta Utara.

Kegiatan yang diselenggarakan secara daring ini dihadiri oleh 12 peserta yang berasal dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara, PKK Kota Jakarta Utara, APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) DKI Jakarta, dan organisasi pasien PETA. Kegiatan ini diawali dengan paparan mengenai bagaimana kondisi TBC di wilayah Jakarta Utara oleh dr. Ajeng Sukmawati, Pengelola Program TBC Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Utara.

”Kendala dalam menangani TBC saat ini adalah masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap TBC di masyarakat, terlebih di masa pandemi ini berdampak pada menurunnya angka penemuan kasus serta terganggunya alur pelayanan TBC,” ujar dr. Ajeng dalam paparannya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan mengenai proyek Mandiri-TB oleh drg. Triftianti, Technical Officer YKI dan pengenalan mengenai Yayasan Pejuang Tangguh atau PETA oleh Delano Reynaldo, pendamping pasien PETA.

Pertemuan ini penting diselenggarakan dalam meningkatkan keterlibatan dan kesepemahaman sektor korporasi tentang penanggulangan TBC, meningkatan keterlibatan CSR dalam forum dan kolaborasi dengan CSO, serta mengidentifikasi perusahaan yang dapat dilibatkan dalam program penanggulangan TBC melalui pendanaan CSR.

Dalam diskusi ini dilanjutkan sharing pengalaman bagaimana PETA melakukan pendampingan pasien selama ini oleh Paran Sarimita, pendamping pasien TBC. Hingga saat ini cukup banyak pelibatan pihak lain dalam mendukung PETA melakukan pendampingan pasien, seperti Foodcycle dalam memberikan dukungan makanan bergizi, Kementerian Kesehatan melalui pengadaan masker dan hand sanitizer, dan lainnya. Meski demikian Paran mengatakan bahwa perlu lebih banyak dukungan yang lebih besar karena persoalan TBC memiliki dampak yang cukup luas, tidak hanya aspek kesehatan namun juga sosial dan ekonomi.

”Kami dari APINDO sangat mendukung upaya ini karena program ini sangat baik, semoga pelibatan peran perusahaan melalui pendanaan CSR dapat membantu dalam hal ini,” ujar Sadia Yasa, Ketua Bidang Produktivitas dan K3 APINDO DKI Jakarta yang hadir dalam pertemuan ini.

Program Mandiri-TB melalui dukungan pendanaan dari USAID diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan akses pendanaan kegiatan dukungan pasien TBC RO baik yang bersumber dari pemerintah lokal maupun dari korporat melalui mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, program Mandiri-TB juga diharapkan berperan dalam memfasilitasi organisasi masyarakat lokal dan organisasi pasien sebagai mitra implementasi untuk memastikan pemberian dukungan psikososial yang berkualitas bagi pasien TBC RO.

 

Teks: Melya
Editor: Triftianti Lieke
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 26 August 2023

    [Scroll down for English version] Sebuah catatan dari komunitas terdampak TBC dan masyarakat sipil [...]

  • 12 April 2023

    Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) bersama [...]

  • 11 April 2023

    Halo #SobatTB! Salam kenal, saya Aryudiht, saya seorang pegawai telekomunikasi di sebuah perusahaan swasta, [...]

  • 14 February 2023

    Sudah 20 tahun lebih Pak T berjuang menghadapi Tuberkulosis (TBC). Dokter mendiagnosis Pak T, [...]