IMPAACT4TB: LOKAKARYA PEMBERIAN TPT DENGAN PADUAN 3HP DI DKI JAKARTA

3 November 2020

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan hampir dua miliar orang dari seluruh populasi dunia terinfeksi TBC laten dan diperkirakan sekitar 10% atau sebanyak 200 juta orang di antaranya akan berkembang menjadi sakit TBC. Terapi pencegahan TBC (TPT) pada mereka dengan infeksi laten TBC (ILTB) akan mengurangi risiko terjadinya TBC aktif. Target Eliminasi TBC pada tahun 2030 dapat dicapai dengan mengkombinasikan upaya pengobatan TBC aktif secara efektif dengan upaya pencegahan TBC dengan pemberian TPT pada kasus infeksi laten tuberkulosis.

Terapi pencegahan TBC (TPT) menjadi salah satu strategi eliminasi TBC, selain diagnosis dan pengobatan. Implementasi TPT di Indonesia diberikan kepada dua populasi paling berisiko, yaitu kontak serumah dengan pasien TBC paru aktif dan ODHA. Berbagai pilihan TPT yang saat ini direkomendasikan WHO terdiri dari monoterapi isoniazid (H) atau rifampisin (R) dan kombinasi isoniazid (H) dengan rifapentine (P) atau rifampisin (R). Berdasarkan Global TB Report 2020, capaian TPT di Indonesia tahun 2019 sebesar 12% bagi ODHA yang baru memulai ARV, dan 9,4% jumlah pemberian TPT pada kontak anak di bawah 5 tahun.

Pentingnya pemberian TPT dengan menggunakan paduan 3HP bagi dua populasi kunci ini melatar belakangi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Yayasan KNCV Indonesia melaksanakan Lokakarya Pemberian TPT dengan Paduan 3HP kepada petugas fasilitas pelayanan kesehatan terpilih (Puskesmas dan Rumah Sakit) di DKI Jakarta. Sebanyak 8 lokakarya akan diselenggarakan bagi petugas kesehatan di sejumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Provinsi DKI Jakarta yang dibagi menjadi 2 batch.

Kegiatan ini dibuka oleh dr. Murni L. Naibaho, MKM. Dalam pembukaannya beliau mengatakan bahwa lokakarya ini dilakukan bahkan hingga di tingkat kelurahan. Sehingga diharapkan tenaga kesehatan hingga di level keluarahan pun juga dapat melakukan pemberian TPT serta mampu melakukan monitoring guna mengurangi risiko peningkatan kejadian TBC aktif di masyarakat. Yang kemudian di lanjutkan sambutan oleh dr. Siti Nadia, selaku Direktur P2PML Kemenkes RI.

Lokakarya ini dilaksanakan dalam kurun waktu 22 Oktober 2020 hingga 17 November 2020. Sejumlah materi paparan yang diberikan meliputi Analisis Situasi TPT di Indonesia dan Strategi End TB 2030 oleh dr. Imran Pambudi, MPHM; Konsep Dasar Infeksi Laten Tuberkulosis dan TPT, Indikasi TPT pada Populasi ILTB yang Berisiko Tinggi dan Investigasi Kontak oleh dr. Rina Triasih, M.Med (Paed), PhD, SpA(K); Alur TPT dan Paduan Baru 3HP pada Kontak, Monitoring dan Evaluasi Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis, Kejadian Tidak Diharapkan dan Tatalaksana Efek Samping Obat oleh Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA (K); Pencatatan dan Pelaporan TPT oleh Sulistyo, SKM., M.Epid; Manajemen Logistik 3HP oleh Totok Haryanto, SKM., M.Kes; serta Sosialiasi kegiatan IMPAACT4TB di Indonesia oleh dr. Jhon Sugiharto, MPH, Executive Director Yayasan KNCV Indonesia.

Dr. Rina Triasih dalam paparannya menyebutkan bahwa pentingnya pemberian TPT dengan 3HP merupakan regimen yang paling direkomendasikan pada individu yang memiliki toleransi terhadap pemakaiannya. Karena jika tidak dapat ditoleransi maka pemakaian tunggal dapat dipertimbangkan.

Resiko resistansi dengan pemberian TPT sangatlah kecil. Hal ini dikarenakan TPT terbukti efektif dalam mencegah progresivitas ILTB menjadi TBC aktif. Meski demikian, pemberian pemahaman juga sangat penting mengingat minimnya pemberian TPT dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pemberian TPT

Pentingnya pemberian TPT juga menjadi salah satu dari 10 rekomendasi prioritas akselerasi eliminasi TBC dalam laporan perkembangan UN Secretary General 2020 untuk TBC. Di dalam rekomendasi ini disebutkan perlunya akselerasi peningkatan pemberian terapi pencegahan TBC. Selain itu dalam milestone implementasi aksi kunci TPT dalam Peta Jalan dalam mengakhiri TBC disebutkan di tahun 2020 selain investigasi kontak secara aktif untuk TPT pada kontak rentan

Paparan dilanjutkan dengan pengenalan kegiatan Increasing Market and Public health outcomes through scaling up Affordable Access models of short Course preventive therapy for TB (IMPAACT4TB) yang diimplementasikan di Indonesia oleh Yayasan KNCV Indonesia dengan bekerjasama dengan Subdirektorat TB dan HIV Kemenkes RI. Kegiatan yang akan dilakukan hingga tahun 2021 mendatang ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian TBC pada ODHA dan kontak anak melalui penyediaan 3HP yang berkelanjutan, terjangkau dan berkualitas.

”Dalam mendukung peningkatan penggunaan 3HP, ada hal-hal yang penting untuk dilakukan, yaitu dengan intervensi pasar untuk menurunkan harga 3HP yang mana hal ini sudah terjadi di tahun 2019, dimana terjadi penurunan harga 3HP dari 45 dollar menjadi 15 dollar. Serta memberikan dukungan dalam proses perluasan penggunaan 3HP bagi ODHA dan anak,,” terang Jhon dalam presentasinya.

Kegiatan lokakarya ini dilakukan melalui dukungan kegiatan IMPAACT4TB. IMPAACT4TB berupaya untuk mendukung negara dengan beban TBC tinggi untuk mengimplementasikan dan memperluas implementasi 3HP dalam rangka mencegah kematian TBC di antara kelompok berisiko tinggi, termasuk Indonesia.

 

Teks dan foto: Melya
Editor: Rerin Alfredo S
Gambar: Amadeus Rembrandt

  • 21 April 2022

    Semarang, 4-6 April 2022 Tuberkulosis (TBC) merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/AIDS (ODHIV). [...]

  • 11 February 2022

    Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan dan menempati peringkat 10 teratas penyebab kematian di [...]

  • 24 January 2022

    Indonesia hingga saat ini masih memiliki masalah kesehatan yang persisten, dimana terdapat tiga penyakit [...]

  • 10 December 2021

    Bakteri TBC mudah sekali menular melalui droplet atau bercak dahak yang keluar saat batuk oleh [...]