Transformasi Kesehatan Dalam Penanggulangan AIDS, TBC, dan Malaria Melalui Peran Komunitas

24 January 2022

Indonesia hingga saat ini masih memiliki masalah kesehatan yang persisten, dimana terdapat tiga penyakit yang hingga saat masih menjadi endemi, yaitu tuberkulosis (TBC), HIV/AIDS, dan Malaria. Berdasarkan Global TB Report WHO 2021, Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 824.000 kasus TBC baru setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 93.000 kasus atau setara dengan 11 kematian/jam. Sementara itu untuk kasus HIV/AIDS masih menjadi epidemi di Indonesia, dengan prevalensi 0,26% dan infeksi baru HIV tahun 2020 sebanyak 29.600.

Kasus malaria menurun pada kurun waktu 2010-2014, namun setelahnya terdapat kecenderungan tidak ada penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanggulangan malaria telah mencapai tahap tersulit untuk menurunkan kasus di daerah dengan kasus yang masih tinggi dan mempertahankan di daerah yang bebas. Pandemi COVID-19 menunjukkan banyak kelemahan sistemik dalam sistem kesehatan, termasuk dalam penanggulangan HIV AIDS, tuberkulosis, dan malaria.

Melihat pentingnya hal ini, Kementerian Kesehatan dan Yayasan KNCV Indonesia menyelenggarakan pertemuan koordinasi pemangku kepentingan dengan tajuk peran komunitas dalam transformasi kesehatan dalam penanggulangan HIV AIDS, TBC dam Malaria pada tanggal 21 Januari 2022. Acara ini diselenggarakan secara daring dan luring yang dihadiri oleh sebanyak 123 peserta daring dan 40 peserta luring.

Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, PhD. dalam arahannya memaparkan mengenai bagaimana situasi HIV AIDS, TBC, dan malaria saat ini, serta target kedepan dan bagaimana pemerintah saat ini melakukan transformasi kesehatan melalui 6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia, yaitu tranformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, tranformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan. Dalam paparannya, beliau juga turut mendorong kerjasama lintas sektor, serta keterlibatan komunitas dalam penanggulangan TBC, HIV AIDS, dan malaria.

”Dibutuhkan peran kader, komunitas, lembaga, dan swasta melalui lima aktivitas utama, yaitu mengatasi stigma, mencegah faktor risiko, menjangkau populasi kunci, investigasi kontak, meningkatkan kepatuhan pengobatan dan advokasi kebijakan,” ujar dr. Dante di akhir paparannya.

Rangkaian kegiatan ini turut menghadirkan Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes, Direktur P2PTVZ Kemenkes RI serta Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur P2PML Kemenkes RI . Dr. Didik memaparkan mengenai situasi Malaria di Indonesia tahun 2021. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa kasus malaria menurun dari tahun 2010-2014, meski demikian terjadi stagnasi dalam menurunkan kasus malaria di daerah yang memiliki kasus malaria yang tinggi.

”Tantangan yang dialami meliputi kondisi pemukiman dan lingkungan yang sangat reseptif terhadap penularan malaria, upaya pencegahan oleh masyarakat yang belum adekuat, serta sulitnya menjangkau wilayah-wilayah terpencil,” ujar Dr. Didik dalam paparannya.

Dalam paparan Dr. Nadia disebutkan perlunya dukungan kepada pasien TB-HIV yang diperkuat dengan melibatkan unsur kelompok masyarakat dan komunitas TBC dan HIV. Kolaborasi TB-HIV dapat mendukung dalam pemberian informasi terkait HIV pada pasien TBC, informasi terkait terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada dampingan dengan HIV, serta melakukan skrining gejala TBC pada kelompok dampingan populasi tinggi HIV.

Rangkaian kegiatan ini juga turut menghadirkan perwakilan masing-masing komunitas, yaitu Budi Hermawan, Ketua POP TB Indonesia, Aditya Wardhana, Direktur Indonesia AIDS Coalition, Yohanes Ari Hermawan, Program Manager PR Malaria PERDHAKI, dan Yakub Gunawan, RED Institute.  Masing-masing perwakilan membagikan pengalaman dan best practice yang dilakukan selama melakukan pendampingan pada pasien. Budi menyampaikan dalam pendampingan pasien TBC, mereka menggunakan alat bantu digital untuk mendukung kegiatan skrining dan investigasi kontak pada pasien TBC.

Pertemuan yang diselenggarakan selama kurang lebih satu hari ini, berjalan dengan baik melihat keterlibatan aktif dari setiap peserta baik luring maupun daring.  Persoalan kesehatan merupakan persoalan bersama, baik itu TBC, malaria, dan HIV AIDS. Sehingga kolaborasi lintas sektor dengan melibatkan unsur komunitas menjadi salah satu kunci penting untuk mendukung transformasi kesehatan

Teks: Melya
Editor: Yeremia PMR

  • 21 April 2022

    Semarang, 4-6 April 2022 Tuberkulosis (TBC) merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/AIDS (ODHIV). [...]

  • 11 February 2022

    Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan dan menempati peringkat 10 teratas penyebab kematian di [...]

  • 10 December 2021

    Bakteri TBC mudah sekali menular melalui droplet atau bercak dahak yang keluar saat batuk oleh [...]

  • 19 November 2021

    Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis secara global pada tahun 2020 mencapai 2,8 juta orang, diantaranya 2,3 [...]